Senin 17 Apr 2017 17:30 WIB

Yuk, Hidup Sehat dengan Cara Nabi

Rasulullah
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Al-Tibb Al-Nabawi atau ilmu pengobatan Nabi Muhammad SAW sudah banyak ditulis oleh ulama klasik dan modern. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (wafat 1350 M) menulis ilmu pengobatan Nabi setebal hampir empat ratus halaman. Al-Surramarri dan Al-Dzahabi juga menulis tema yang sama.

Al-Muwaffaq 'Abd Lathif secara khusus mengumpulkan sebanyak 40 hadis tentang kesehatan dan pengobatan dalam bukunya yang berjudul Kitab Al-Arba'in. Buku-buku tersebut punya andil besar dalam melestarikan dan menyebarluaskan ilmu pengobatan ala Nabi SAW kepada masyarakat.

Mencermati perkembangan ilmu pengetahuan dan pengobatan modern dewasa ini, masih efektifkah praktik pengobatan ala Nabi SAW tersebut? Ibnu Qayyim  mengatakan, terdapat perbedaan antara ilmu pengobatan Nabi dan ilmu pengobatan modern.

Ilmu pengobatan Nabi SAW, menurutnya, merupakan bagian dari wahyu Allah yang meliputi prinsip-prinsip menyeluruh. Sedangkan, ilmu pengobatan modern berkaitan dengan hal-hal detail. Ilmu pengobatan Nabi SAW, lanjutnya, tidak hanya terbatas penyakit-penyakit fisik, tetapi juga penyakit mental.

''Manusia tidak sekadar tubuh, tetapi juga memiliki unsur-unsur mental dan spiritual. Ada penyakit-penyakit manusia yang tidak bisa ditangani oleh dokter. Usaha mereka tidak dapat menyelesaikan masalah. Justru, penyakit tertentu dapat disembuhkan dengan bersedekah, shalat, tobat, puasa, berbuat baik kepada manusia, dan lain sebagainya. Kita sudah berulang kali mempraktikkan cara-cara seperti ini dan terbukti membawa khasiat yang tidak diperoleh dari ilmu pengobatan ilmiah,'' kata Ibnu Qayyim.

Contoh yang cukup populer dari pengobatan Nabi SAW adalah kemampuan beliau menyembuhkan orang buta hanya dengan wudhu, shalat, dan doa.

Diriwayatkan oleh Utsman bin Hanif, ada seorang buta datang kepada Rasulullah dan berkata, ''Wahai Rasulullah, doakan saya kepada Allah agar menyembuhkan penglihatanku.''

Beliau kemudian bersabda, ''Pergilah berwudhu. Dirikan shalat dua rakaat dan ucapkanlah, ''Ya Allah aku memohon rahmat kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu bersama Nabi-Mu, Muhammad. Wahai Muhammad, aku menghadap kepada Tuhanmu bersamamu agar Ia membuka penglihatanku. Ya Allah, berikanlah syafaat beliau untukku.'' Tidak lama setelah orang-orang beranjak dari tempatnya, orang buta tersebut sudah dapat melihat (HR an-Nasai, Tirmidzi, Hakim, dan al-Baihaqi).

Masih banyak lagi contoh pengobatan Nabi SAW yang menggambarkan aspek kemukjizatan daripada ilmiah. Lantas, apakah penyusunan hadis-hadis tentang ilmu pengobatan Nabi SAW hanya untuk mengenang kemampuan Nabi SAW yang luar biasa, yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa?

Menurut Al-Dzahabi, terdapat keterpaduan pada aspek kesehatan dalam diri seseorang secara menyeluruh, yaitu spiritual, psikologis, fisik, dan moral. Hakikat ilmu pengobatan Nabi SAW adalah memelihara keseimbangan aspek-aspek tersebut dengan cara-cara yang Nabi SAW tunjukkan.

Untuk memelihara kesehatan fisik, Rasulullah mengajarkan umatnya supaya menjaga kebersihan, seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, mengatur pola makan dan minum, tidak terlalu kenyang ketika makan atau waktu makan tidak terlalu dekat dengan makan sebelumnya, memberikan hak-hak tubuh untuk istirahat, dan lain-lain.

Sedangkan, untuk menjaga kesehatan mental, Rasulullah menganjurkan umatnya supaya menjalankan ibadah yang diperintahkan oleh agama, seperti shalat, zakat, puasa, wudhu, dan lain-lain. Shalat dapat menjadi terapi penyakit mental karena mendekatkan hamba kepada Tuhannya.

Dijelaskan oleh Al-Dzahabi, shalat mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan pikiran. ''Shalat meningkatkan kecintaan akan kebenaran dan kerendahan hati di hadapan manusia, memperlunak hati, menumbuhkan rasa cinta, rasa maaf, dan memadamkan sifat pendendam,'' paparnya.

Ilmu pengobatan Nabi SAW merupakan sebuah cara untuk mengetahui tindakan pencegahan dan penyembuhan secara praktis sesuai dengan tuntunan Rasul SAW. Beliau memberikan resep pengobatan secara fisik dan spiritual. Karena itu, ilmu pengobatan ini masih penting bagi masyarakat modern, mengingat tidak semua penyakit dapat disembuhkan dengan ilmu pengobatan ilmiah modern.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement