Jumat 13 Jan 2017 09:06 WIB

Menag Harap NU Terus Jadi Lokomotif Dakwah Promotif dan tidak Konfrontatif

KH Maruf Amin
Foto: Republika/Maman Sudiaman
KH Maruf Amin

REPUBLIKA.CO.ID,‎ SITUBONDO -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan harapannya agar Nahdlatul Ulama (NU) senantiasa menjadi lokomotif terdepan. Terutama, dalam mengembangkan Islam yang menggunakan pendekatan promotif dan tidak konfrontatif.

Harapan ini disampaikan Menag pada acara Halaqah Ulama 'Refleksi 33 tahun Khittah NU' yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Situbondo, Kamis (12/01). Selain para ulama, hadir dalam acara ini, Rois Am PBNU yang juga Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, sertaKepala Kanwil Kemenag Provinsi Jatim.

Menurut Lukman, dakwah promotif berarti mengajak bukan mengejek, bukan memukul, dan tidak konfrontatif. Banyak negara lain, kata Menag, melihat Indonesia sebagai salah satu model penerapan nilai-nilai Islam yang bisa ikut memberikan kontribusi dalam membangun peradaban dunia.

"Indonesia menjadi salah satu alternatif dalam melihat bagaimana pengimplementasian nilai nilai Islam di tengah kehidupan yang majemuk ini," ujarnya.

Sebagai sebuah organisasi, lanjut Menag, NU memiliki energi yang luar biasa. Tidak hanya energi, NU juga memiliki sumber daya yang yang begitu besar. Karenanya, wajar jika harapan besar dilekatkan kepada Nahdlatul Ulama.

"Selaku menteri yang mengurusi bidang keagamaan, setidaknya dalam dua tahun ini, saya merasakan betul betapa hampir semua kita itu amat sangat berharap peran kontribusi sumbangsih yang lebih besar dari NU, khususnya di era kekinian ini," ucapnya.

Mengapa berharap? Menurut Menag, karena Indonesia adalah negara religius. Bahkan, bisa dikatakan, sedikit sekali bangsa dan negara di dunia yang seperti Indonesia karena aktivitas kesehariannya tidak lepas dari peran agama.

"Baik kemasyarakatannya, pemerintahannya, dan lainnya, sarat dengan nilai-nilai agama atau merupakan cerminan dari nilai-nilai agama," katanya.

Kearifan lokal yang tumbuh di nusantara juga bersumber dari nilai agama. Dan, karena mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam, menurut Menag, maka tentu Islam menjadi warna tersendiri dan sekaligus memegang tanggung jawab yang terbesar dalam menentukan arah bangsa ke depan.

Rois Am PBNU KH Maruf Amin meminta, ulama untuk kembali ke pondok guna membina masyarakat dan membangun ekonomi keumatan. "NU saat ini terus membangun perguruan tinggi, rumah sakit, dan pelayanan publik untuk memberikan kemudahan-kemudahan kepada umat," pesannya.

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement