Selasa 29 Mar 2016 04:55 WIB

Ulama Hadramaut, Kisah Koloni Arab di Batavia dan Jawa

Orang Arab di Nusantara
Foto:
Pemeriksaan imigrasi sebelum berlayar dengan Kapal Rotterdam lloyd dari Batavia menuju Jeddah.

Seperti juga di Batavia, wilayah yang dihuni orang Arab, di Cirebon, semula wilayah orang Benggali dan merekalah yang membangun masjid yang sekarang dikenal sebagai "Masjid Arab". Bangunannya cukup luas, tapi kurang terpelihara, seperti juga keadaan seluruh wilayah Arab. Jarang sekali ditemukan rumah-rumah yang cantik.

Koloni Arab di Cirebon hidup miskin. Satu-satunya orang Arab yang menjadi grosir di kota itu malah bangkrut. Di sepanjang jalan yang tampak hanyalah deretan toko-toko kecil, yang kotor dan tak lengkap isinya, dan tak satu pun menunjukkan kemakmuran pemiliknya, seperti yang terlihat di Pecinan.

Di antara koloni Arab yang besar di nusantara, koloni Arab Tegal adalah yang terbaru. Sebelumnya, hanya terdapat satu-dua keluarga dan kadang-kadang ada yang mampir sebentar di sana. Kepala koloni yang pertama diangkat pada 1883. Sejak zaman itu, jumlah orang Arab yang sebagian besar anggota suku Nahd, Kasir, dan Yafi, terus meningkat. Dan, sebagian wilayah Arab di Tegal setelah adanya imigrasi itu benar-benar menjadi padat.

Sejumlah rumah di Koloni Arab di Tegal ditinggali dua sampai tiga orang keluarga. Toko sangat sedikit, sebagian besar di antara orang Arab tinggal di gubuk yang dikelilingi kebun sayur dan hampir semuanya terkesan kotor dan miskin.

Koloni Arab di Tegal tampaknya lebih sedikit melaksanakan ibadah Islam dibandingkan koloni-koloni Arab yang lain yang pernah saya kunjungi. Hal ini tidak mengherankan mengingat asal usul mereka. Jarang ada orang Arab yang turut berjamaah di masjid pribumi, sementara dunia ilmu, tak seorang pun (di antara mereka--Red) meminatinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement