Jumat 26 Jan 2018 08:19 WIB

Pimpinan Partai Anti-Muslim Jerman Jadi Mualaf

AfD menyatakan Jerman harus tetap jadi negara Kristen dan Islam adalah entitas asing.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Agus Yulianto
Mualaf (ilustrasi).
Foto: Onislam.net
Mualaf (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  JERMAN -- Seorang politisi terkemuka dari Alternative for Germany (AfD) telah masuk Islam dan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pemimpin di partai anti-Muslim tersebut. Dikonfirmasi oleh juru bicara partai, Arthur Wagner yang merupakan anggota terkemuka partai sayap kanan di negara bagian Jerman timur di Brandenburg, mengundurkan diri karena 'alasan pribadi'.

Meskipun Arthur Wagner keluar dari jabatan kepemimpinan AfD-nya di Brandenburg, dia tetap menjadi anggota partai. AfD merupakan partai yang menilai Islam tidak sesuai dengan konstitusi Jerman dan menginginkan larangan terhadap menara masjid dan burqa yang menutupi wajah.

AfD menjadi partai terbesar ketiga Jerman di parlemen setelah pemilihan umum September 2017 lalu, dilansir di Huffington Post, Kamis (25/1).

Partai anti- Muslim ini mengatakan, hak tersebut merupakan hak konstitusional kebebasan beragama, terlepas dari pertobatan Wagner. "Wagner juga bisa memilih agama lain," ujar Daniel Friese, juru bicara partai.

 

"Wagner mengundurkan diri pada 11 Januari dari dewan negara atas kemauannya sendiri. Baru setelah itu diketahui bahwa dia telah masuk Islam," jelas Friese.

Sementara itu, Wagner menolak, berkomentar mengenai status mualafnya. "Itu urusan pribadi saya," katanya.

Di negara bagian Brandenburg, Wagner fokus pada gereja dan komunitas iman, menurut media milik pemerintah, Deutsche Welle.

AfD mulai menonjol mulai tahun 2015 dengan masuknya pengungsi dan migran ke Eropa. Partai ini bekerja untuk menarik arus utama orang-orang Jerman dengan memicu ketakutan akan perombakan budaya dan ancaman terhadap gaya hidup Jerman.

Partai tersebut terpilih sebagai anggota Bundestag Jerman atau parlemen untuk pertama kalinya dengan memenangkan 12,6 persen suara dalam pemilihan federal September 2017. Mereka mempromosikan kebijakan seperti pemulangan 500 ribu pengungsi Suriah yang tinggal di Jerman, mengklaim bahwa perang saudara Suriah hampir berakhir.

Berita tersebut memicu cemoohan pada media sosial. Banyak pengguna Twitter yang menunjuk pada ironi Wagner yang masuk Islam setelah menjadi pimpinan partai yang telah mencerca kehadiran Muslim di Jerman.

Sementara itu dikutip dari Aljazirah, AfD telah lama membantah tuduhan bahwa mereka adalah Islamofobia. Awalnya didirikan pada tahun 2013 sebagai partai Eurosceptic, AfD memimpin sebagai suara anti-pengungsi paling agresif di negara ini sementara hampir satu juta pencari suaka tiba di Jerman pada tahun 2015.

Dalam RUU pertama partai sejak keberhasilan pemilihan pada bulan September, AfD mengusulkan untuk mengubah Undang-undang Tempat Tinggal Jerman dengan melarang pengungsi membawa kerabat mereka dari negara-negara asal mereka yang dilanda perang.

Awal bulan ini, Beatrix von Storch, wakil pemimpin kelompok parlemen AfD, diblokir dari Facebook dan Twitter setelah menerbitkan tulisan-tulisan Islamofobik yang mengkritik kepolisian karena mengirim update berbahasa Arab pada Malam Tahun Baru.

"Apa yang terjadi di negara ini? Mengapa situs polisi resmi melakukan cicitan dalam bahasa Arab? Menurut Anda apakah ini untuk menenangkan gerombolan orang-orang Muslim tukang pemerkosa?" cicitan Storch di media sosial.

Partai tersebut juga berusaha melarang pembangunan masjid di Jerman. Pada bulan Maret 2016, AfD cabang Bavaria menerbitkan sebuah pernyataan kebijakan yang menyerukan diakhirinya pembangunan dan operasi masjid-masjid di wilayah tersebut.

Pada bulan Februari tahun yang sama, pemimpin partai Petry Frauke memicu kemarahan saat dia menyatakan bahwa penjaga perbatasan Jerman jika perlu harus menggunakan senjata api untuk mencegah penyeberangan perbatasan ilegal oleh para pengungsi dan migran.

Pada bulan April 2016, Alexander Gauland dari AfD menyatakan bahwa Jerman harus tetap menjadi negara Kristen dan Islam adalah entitas asing. Kenaikan retorika anti-Muslim juga bertepatan dengan lonjakan kekerasan terhadap pencari suaka. Kementerian dalam negeri Jerman mendokumentasikan 3.533 serangan terhadap pengungsi dan akomodasi mereka, hampir setiap 10 hari, pada 2016.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement