Selasa 24 Oct 2017 16:37 WIB

Dirk Walter Monsig: Alquran Terangi Hidupku

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi)
Foto: Onislam.net
Mualaf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dirk Walter Mosig, seorang Katolik Roma yang taat menjalani perjalanan dari Jerman, Spanyol ke Argentina dan merasa sempurna ketika dia menemukan Islam dalam bentuk Alquran Spanyol. Dengan menceritakan pengalamannya untuk mendapatkan kebenaran tertinggi, Mosig menyarankan orang lain untuk mengambil salinan Alquran dan membacanya, karena kitab ini adalah sebuah komunike dari Sang Pencipta kepada manusia.

"Saya dilahirkan di keluarga Kristen Jerman selama masa Perang Dunia II yang paling ganas, di Berlin, pada tahun 1943. Keluarga saya pindah ke Spanyol, pada tahun yang sama, dan kemudian, pada tahun 1948, ke Argentina. Di sana saya tinggal selama 15 tahun. Saya lulus dari sekolah menengah saya di sekolah "La Salle" Katolik Roma, di Cordoba, Argentina.

Seperti yang diharapkan, saya menjadi seorang Katolik yang taat. Saya diberi ceramah setiap hari selama lebih dari satu jam tentang agama Katolik dan saya sering menghadiri ibadah keagamaan. Di usia dua belas tahun, impian saya adalah menjadi pastor Katolik Roma. Saya sepenuhnya berkomitmen terhadap iman Kristen.

Tuhan melihat kebodohan saya, dan satu hari yang mengesankan, hampir tujuh tahun yang lalu, Dia mengizinkan sebuah salinan terjemahan Spanyol dari Alquran sampai ke tangan saya. Ayahku tidak keberatan membacanya, karena dia mengira itu hanya akan memberi tahu saya latar belakang yang lebih luas. Dia tidak menduga ada efek yang akan disampaikan kata-kata Tuhan di pikiran saya.

“Saat saya membuka Kitab Suci, saya adalah seorang Katolik Roma yang fanatik. Saat saya menutupnya, saya benar-benar berkomitmen terhadap Islam. Jelas, pendapat saya tentang Islam bukanlah sesuatu yang menguntungkan sebelum saya membaca Alquran,” katanya.

Dirk membawa Kitab Suci dengan rasa ingin tahu dan membukanya dengan cemoohan, berharap bisa menemukan kesalahan, penghujatan, takhayul, dan kontradiksi yang mengerikan. “saya bias, tapi saya juga sangat muda dan hati saya tidak memiliki waktu untuk mengeras sepenuhnya,” kenangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement