Selasa 04 Jul 2017 05:37 WIB

Annette Bellaoui, Ateis yang Memilih Risalah Muhammad

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi)
Foto: Bosh Fawstin
Islamofobia (ilustrasi)

Panggilan shalat Subuh bergema dari masjid sekitar 100 meter dari tempatnya tinggal. Ini adalah pertama kalinya dia men dengar azan. "Pada saat itu, saya berbicara pada diri sendiri, suatu hari saya akan menjadi Muslim," ujar dia.

Butuh waktu tiga tahun sejak saat itu untuk dia benar-benar memeluk Islam. Dia bersumpah memenuhi panggilan Allah hingga akhir hayat. Banyak pengalaman yang dihadapi Bellaoui setelah memeluk Islam. Terutama dengan mereka yang terjangkit islamofobia.

Dia masih mengingat dengan sangat baik ketika bertemu politisi Denmark yang terkenal dengan terorika anti-Muslim. Sang politisi berseloroh ketus kepada Bella oui, "Apa perempuan ini memiliki granat di sakunya? Ada ketakutan dan kemarahan di wajahnya dan tahukah Anda apa yang saya lakukan kepadanya, saya tersenyum manis, dan dia meniupkan kiss bye," candanya.

Bellaoui menyadari reaksi islamofobia karena tindakannya yang tidak biasa di kalangan masyarakat Denmark 20 tahun lalu. Apalagi, dia seorang Muslimah dan ber hijab serta memakai nama Islam, Fatima Zahra. Reaksi tersebut tidak membuatnya gentar, hingga kini.

Demikian pula kegigihan Bellaoui meng hadapi keluarganya yang ateis. Dia tidak pernah menyerah memegang akidah ba runya. Hidup di lingkungan semacam itu tidaklah mudah. Keputusannya memeuk Islam menuai respons negatif dari keluarga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement