Selasa 11 Apr 2017 02:27 WIB

Bagi Lydia, Hijab Buat Sikap dan Perilaku Lebih Terjaga.

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi)
Foto:

Secara perlahan Lydia mulai menceritakan kisahnya kepada keluaraga dan teman-teman terdekat. Syukurlah, ia tidak terlalu mendapat penolakan yang berarti dari keluarga besarnya. Mereka mengangap pilihan dan keputusannya memilih Islam adalah salah satu tahap baru dalam hidupnya.

Lydia mengaku telah menerima banyak hal sulit dalam hidupnya sejak berislam. Namun, dengan senantiasa 'menghadirkan' dalam langkah dan doanya, ia selalu merasa mampu melewati semua ujian yang ada.

Ia selalu memiliki keyakinan tentang apa yang ia perjuangkan. Teman-temannya menganggap bahwa apa yang dialami Lydia hanya sebuah fase hidup dan bersifat sementara. Namun, ia selalu yakin dengan keputusan yang ia buat.

Banyak orang yang menanyakan keputusannya mengenakan hijab. Setiap orang yang Lydia temui selalu saja menanyakan alasannya berjilbab. Jawabannya cukup sederhana, berhijab merupakan perintah Alquran dan harus dipenuhi Muslimah.

Lydia berpandangan, jilbab bukan hanya membuat penampilan fisik menjadi sederhana, melainkan juga akan membuat sikap dan perilaku menjadi lebih terjaga.

Hijab juga membuat ia terlindung dari tindakan negatif laki-laki yang ingin melakukan kejahatan seksual. Untuk itu, jilbab telah menjadi bagian kuat dari identitas eksternalnya.

Lydia sadar banyak orang yang memiliki anggapan Muslimah pengguna hijab seperti tertindas dan bukti keterpaksaan. Padahal, mayoritas Muslimah Australia mengenakan hijab karena pilhan mereka sendiri tanpa paksaan dari siapa pun.

Lydia juga menyadari keputusan mengenakan hijab akan membuat dirinya berpeluang menjadi korban kekerasan fisik atau verbal dari orang asing. Ia mengaku pernah dilecehkan secara lisan di depan anaknya yang masih balita dan menerima surat bernada kebencian. Surat itu memintanya meninggalkan negara atau akan ditembak dan dibunuh.

Di berbagai kesempatan, Lydia kerap mengkritik berbagai aksi kekerasan dan terorisme ISIS. Ironisnya, ia sendiri justru kerap memperoleh ancaman dari warga non-Muslim Australia. Ini sangat mengecewakan dan membingungkan, katanya.

Ia memiliki harapan yang tinggi kepada pemerintah agar dapat ikut bertanggung jawab secara sosial dan tidak mengeluarkan pernyataan yang justru mengarah untuk memecah belah persatuan bangsa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement