Selasa 11 Apr 2017 05:00 WIB

Tiap Hari Lahir 10 Mualaf di Kolombia

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Mualaf
Foto: Onislam.net
Mualaf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski secara statistik jumlah Muslim di Kolombia masih sangat minoritas, tampaknya agama rahmatan lil 'alamin  ini terus berkembang. Jumlah penganutnya terus bertambah dari hari ke hari.

Sejauh ini, memang belum ada angka resmi tentang jumlah warga asli Kolombia yang berpindah keyakinan menjadi Muslim. Namun, diyakini sebagian besar komunitas Muslim yang tinggal di kawasan perkotaan merupakan mualaf.

Imam Dasuki mencontohkan, sekitar 90 persen komunitas Muslim di Kota Medellin merupakan mualaf. Tak sedikit pula Muslim yang tinggal di ibu kota Kolombia, Bogota. Bahkan, menurut komunitas Muslim Bogota, jumlah pemeluk agama Islam di kota ini terus bertambah setiap hari.

''Setiap hari, rata-rata ada 10 umat Kristiani yang berpindah keyakinan menjadi Muslim,'' kata seorang Muslim Bogota seperti dikutip koran nasional Kolombia, El Espectador beberapa waktu lalu.

Mengapa banyak orang Kolombia yang tertarik pada Islam? Pertama, kata Imam Dasuki, mereka ingin mencari pencerahan spiritual. Kedua, mereka tertarik dengan gaya hidup sehat yang dimiliki umat Islam. ''Hal itu sangat berbeda dengan gaya hidup Kristiani masyarakat Kolombia,'' kata dia.

Adalah Yusuf, salah satu mualaf asal Medellin. Pria bernama asli Jose itu mengucapkan dua kalimat Syahadat beberapa tahun silam. Menurutnya, banyak hal positif yang ia dapatkan setelah memeluk Islam.

''Islam telah membantu saya melepaskan diri dari alkohol dan narkoba,'' kata dia.

Kepada Colombia Reports, ia mengatakan, perkenalannya dengan Islam bermula dari ketertarikannya pada musik khas Arab. Sejak itulah, ia mulai mempelajari segala hal mengenai Arab di Pusat Kebudayaan Muslim yang ada di Medellin. Dari situ pula, ia mulai mengenal Islam.

Menurut Yusuf, Allah seakan menuntunnya untuk memeluk Islam meski sebelumnya ia adalah penganut Katholik yang taat.  ''Namun, Allah menunjukkan dan menuntunnya pada 'jalan terang','' ujarnya.

Bagaimana reaksi keluarga atas keislamannya? Beruntung, menurut Yusuf, orang tua menghargai keputusannya meski awalnya tampak kurang rela. ''Mereka mulai sepenuh hati mendukung keislaman saya setelah melihat saya berubah menjadi lebih baik dari waktu ke waktu,'' ujar Yusuf.

Hal tersulit, menurut dia, adalah memberi tahu keluarganya bahwa Islam melarang umatnya memakan daging babi. ''Namun, setelah diberi pengertian, mereka terutama ibu saya terbiasa juga dengan agama baru anaknya,'' ujarnya.

Begitu juga teman-temannya, mereka bisa menerima agama baru Yusuf. Mereka mengerti dan menghormati keputusan itu karena melihat komitmen kuat Yusuf untuk menjalankan ajaran Islam.

Begitulah, di tengah masyarakat Kolombia, umat Islam dan Kristiani dapat hidup berdampingan secara damai. Di sejumlah kota yang dihuni banyak imigran Arab, tradisi Arab bahkan, mampu berbaur dengan tradisi lokal. Di Barranquilla, misalnya. Di kota yang menghampar di bibir pantai Karibia, Kolombia Utara ini makanan Arab menjadi salah satu ikon kuliner yang digemari masyarakat setempat ataupun pendatang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement