Jumat 07 Apr 2017 19:00 WIB

Ini Alasan Laura Rodriguez Memilih Islam

Mualaf
Foto:

Pekerjaan rumah lain yang harus dituntaskannya, menurut Laura, adalah bagaimana menghapus stigma negatif yang selama ini kerap melekat dalam diri umat Islam. Islam di Spanyol, ungkapnya, terus dihubungkan dengan ekstremisme, terorisme, dan imigran ilegal walaupun sebenarnya sejarah dan budaya Spanyol tidak lepas dari kebesaran Islam sendiri. 

Karena itu, melalui kampanye dan pameran yang digagasnya beberapa waktu lalu, Laura berupaya untuk memperlihatkan kondisi umat Islam di negaranya yang sesungguhnya. Kami lahir di Eropa dan ber-Islam serta memeluk agama ini di Eropa. Sudah semestinya Islam juga menjadi salah satu identitas Eropa, usulnya. Usulan Laura ini dipahami oleh media Eropa sebagai salah satu pernyataan yang sangat kontroversial.

Bagi Laura, hak asasi manusia yang sering digembar-gemborkan dunia internasional hingga saat ini justru lebih banyak menciptakan masalah di Eropa. Karena di sisi lain, Eropa terus menggambarkan Islam sebagai agama yang buruk dengan menunjukkan kepada masyarakatnya contoh-contoh buruk, kolot, pemimpin yang kejam (tiran) dan lalim, serta kaum perempuan yang tertindas.

Oleh media Eropa, Islam digambarkan sebagai agama yang kolot, kejam, dan kaum perempuannya dianggap tidak berbudaya. Padahal, perbuatan buruk seperti itu dilakukan sendiri oleh pihak Eropa terhadap masyarakatnya, terang Laura.

Laura menambahkan, Ketika kami memegang ajaran Islam di Spanyol secara wajar, media Eropa dan Barat tidak memberi perhatian sedikit pun. Tetapi, ketika seorang pezina dirajam di negara Muslim, media Barat dengan bersemangat terus memberitakan dan menyorotinya. Bahkan, kadang menyebut hukum Islam, seperti rajam sebagai tragedi bagi dunia, ujarnya.

Karena itu, menurut Laura, negara-negara di Eropa harus mendapatkan pendidikan dan pelajaran yang benar tentang Islam. Inilah tantangan yang dihadapi seluruh umat Islam di dunia, untuk menunjukkan wajah Islam yang ramah, damai, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Laura menjelaskan, pada dasarnya kaum perempuan Muslim di negara-negara Barat, ingin berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan sosial di Barat. Tetapi, orang Eropa tidak membolehkannya. Jika saya ingin mendapatkan pekerjaan atau bergabung dengan organisasi masyarakat, pasti akan ditolak karena saya memakai jilbab, tukasnya.

Seperti diketahui, media-media di Eropa bahkan sejumlah parlemen di Eropa, kini membuat sejumlah perundang-undangan yang membatasi kegiatan umat Islam. Mulai dari persoalan jilbab, pembangunan menara masjid, suara azan, hingga isu terorisme global.

Berbekal pengalaman yang ada, Laura berkeinginan menunjukkan tekadnya dalam memperjuangkan kaum perempuan Muslim untuk mendapatkan hak-haknya secara adil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement