Selasa 10 Oct 2017 18:51 WIB

Sally Keller Menemukan Kedamaian dalam Islam

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Mualaf
Foto: Onislam.net
Mualaf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sally Keller tumbuh besar di Connecticut, negara bagian Amerika Serikat yang terletak di sebelah timur laut. Dia dibesarkan di sebuah keluarga yang aktif dalam berbagai kegiatan sebuah kelompok keagamaan. Setiap akhir pekan dia pasti aktif mengikuti berbagai kegiatan ritual.

Namun, aktivitas itu selalu saja menyisakan pertanyaan tentang keimanan. Dia semakin ragu dengan agama sebe lumnya. Hal itu terjadi sebelum dia memeluk Islam. "Selalu ada hal-hal tertentu yang mengganggu saya. Tapi dengan Islam, saya tidak pernah ragu," ujar dia.

 

Meskipun dibesarkan di keluarga religius, Sally pernah memutuskan menjadi se orang ateis. Namun, pengalaman menghadapi sakaratul maut menyadarkannya untuk kembali kepada Tuhan. Dia tak mampu melukiskan pengalaman tersebut.

Yang diingatnya hanyalah keindahan, cahaya, dan kehangatan yang membawanya kepada kedamaian.

Pengalaman itu mengingatkannya akan tiga buah hati yang harus hidup dalam suasana keagamaan. Mereka harus tumbuh de ngan tetap memegang teguh keimanan yang akan menuntunnya menuju kehidupan yang hakiki.

Pengalaman itu terjadi saat dia hamil hingga melahirkan putrinya, Yarrow. Sally mengalami demam dan menderita penyakit karena tipe Rh pada golongan darahnya bertolak belakang dengan yang dimiliki bayinya. Saat itu dia merasa akan meninggal karena kondisi kesehatannya memburuk selama kehamilan. "Saya merasa seperti akan meninggal. Ketika kembali, saya melihat diri saya berbaring di tempat tidur, saya pikir telah terlambat," tutur dia.

Selama empat hari, Sally mengingat pengalaman sakaratul maut. Dia merasa dibawa ke tempat yang indah. Saat itu ada sesua tu yang membisikkan dia dapat kem bali ke dunia dan hidup jika mem besarkan ketiga anaknya untuk rajin beribadah di gereja lokal.

Dia bersama suaminya pergi ke sebuah gereja UCC di Jaffrey. Di kota inilah selama 40 tahun terakhir mereka tinggal. Tempat itu begitu terang, indah, dan damai. Namun, dia mulai tersadar ketika masih mengingat ketiga anaknya dan ingin segera kembali. Sejak saat itu dia mulai rajin ke gereja. Meskipun ateis, Sally selalu menyambut orang-orang yang datang ke rumahnya dengan senang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement