Kamis 09 Mar 2017 15:20 WIB

Nourdeen Wildeman: Islam Sependapat dengan Saya

Rep: c15/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi)
Foto: IST
Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu ketika saat tiba bulan Ramadhan, ia mencoba ber puasa. “Aku membeli Alquran dan mengunduh jadwal Ramadhan (kalender waktu shalat dan imsak) dari internet.”

Nourdeen mempelajari banyak hal sepanjang Rama dhan tahun itu. Memasuki harihari terakhir bulan tersebut, Nourdeen mendatangi sebuah masjid untuk membayar zakat. “Memberikan uang untuk tujuan yang baik adalah hal benar untuk dilakukan. Jadi, menjadi non-Muslim bukanlah alasan untuk tidak memberi,” ujarnya.

Sampai di masjid, ia ber temu dengan seorang bendahara masjid yang me nyam butnya dengan sebuah per tanyaan, “Apakah kamu seorang Muslim?” Nourdeen menggeleng, lalu melanjutkan, “Tapi, aku berpuasa sebulan penuh kemarin.” Sang bendahara masjid itu berpesan kepa danya untuk tidak terbu ru-buru dan mengambil sebanyak mungkin waktu yang ia butuhkan untuk mempelajari Islam.

Nourdeen terus membaca untuk mempelajari Islam hingga Ramadhan selanjutnya tiba. Seperti biasa, pada pengujung Ramadhan, ia kembali mendatangi masjid untuk membayar zakat. Pria yang pernah ditemuinya kembali menyambutnya dan menanyakannya pertanyaan yang sama, “Apa kah kamu kini seorang Muslim?” Nourdeen menggeleng. “Bu kankah Anda menyuruhku un tuk tidak terburu-buru?” ja wab nya. Sambil menggeleng perlahan, pria itu berkata, “Ya, tapi jangan terlalu menganggapnya enteng.”

Nourdeen mencoba menjadikan tahun itu sebagai tahun terakhirnya sebagai non-Muslim. Ia berhenti merokok dan meminum alkohol. “Aku mendorong diriku dan orang-orang sekitarku untuk berbuat baik serta mencegah diriku dan diri mereka untuk menjauhi perbuatan yang salah.” ¦ ed: wachidah handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement