Kamis 09 Mar 2017 15:20 WIB

Nourdeen Wildeman: Islam Sependapat dengan Saya

Rep: c15/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi)
Foto: Bosh Fawstin
Islamofobia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga detik itu, otak Nourdeen menyimpan berbagai asosiasi negatif tentang Islam. Misalnya, ia menyimpan keheranan ketika seorang Muslim berpikir dirinya saleh, sementara ia berbuat semena-mena pada istrinya. Ia juga mempertanyakan alasan Muslim menyembah bangunan kubus di Makkah dan menganggap Muslim sebagai komunitas yang tidak toleran.

“Semua pikiran itu mendorongku untuk membaca tentang Islam,” ujarnya. Dan, Nourdeen mulai menghabiskan buku Islam pertamanya. Ia lalu beralih pada sebuah buku lainnya dan melahap habis isinya, kemudian mulai membaca buku ketiga dan seterusnya.

Nourdeen membaca cukup banyak buku tentang Islam dan mulai terkejut dengan apa yang didapatnya. “Aku menemukan bahwa hampir semua yang kupikirkan adalah bagian dari Islam dan apa-apa yang aku tentang adalah hal-hal yang telah ditentang oleh Islam.” Ia menemukan hadis Nabi

Muhammad SAW yang menya takan bahwa baik tidaknya iman seseorang dapat dilihat dari cara ia memperlakukan istrinya. “Aku mulai mengerti bahwa umat Islam tidak menyembah Ka’bah dan bah kan menentang penyembahan patung dan sejenisnya,” kata nya.

Nourdeen mulai merasa kagum. Segala hal yang ia baca tentang Islam tak berbantahan dengan pemikirannya. “Islam sependapat denganku. Aku tak perlu meyakinkan diriku tentang perintah atau ajaran Islam karena hampir seluruhnya merupakan aturan dasar yang telah kusepakati jauh sebelumnya,” katanya. “Aku seperti membaca pendapatku sendiri.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement