Selasa 10 Oct 2017 19:43 WIB

Ada Kabar Gembira dari Dakwah Islam di Australia

Muslim Australia
Foto: Australia Plus
Muslim Australia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski minoritas, namun demografi pertumbuhan Muslim di Australia cukup menggembirakan. Berdasarkan "Old trend no leap of faith", demografi memiliki tren pertumbuhan yang relatif tinggi. Khususnya terkait adanya imigrasi. Mayoritas penganut Islam Australia merupakan penduduk di Kepulauan Cocos (Keeling).

Kebutuhan yang dirasakan untuk pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi di Australia menyebabkan meluasnya kebijakan imigrasi Australia dalam periode pasca-Perang Dunia II. Hal ini memungkinkan penerimaan sejumlah pengungsi Muslim yang mulai berdatangan dari Eropa, terutama dari Balkan, Bosnia, dan Herzegovina. Antara 1967 hingga 1971, sekitar 10 ribu warga Turki menetap di Australia di bawah perjanjian antara Australia dan Turki.

Pada 1970-an dan seterusnya, ada pergeseran signifikan dalam sikap pemerintah terhadap migrasi. Pemerintah menjadi lebih akomodatif dan toleran terhadap perbedaan dengan mengadopsi kebijakan multikulturalisme.

Migrasi Muslim besar-besaran dimulai pada 1975, yakni migrasi dari Lebanon. Jumlah Muslim Lebanon mengalami peningkatan signifikan selama meletusnya Perang Saudara Lebanon. Yakni, dari 22.311 atau 0,17 persen dari populasi Australia pada 1971 menjadi 45.200 atau 0,33 persen pada 1976. Muslim Lebanon adalah kelompok Muslim terbesar dan tertinggi di Australia.

Pada awal abad ke-20, imigrasi Muslim ke Australia dibatasi untuk orang-orang keturunan Eropa. Hal ini didasari keputusan karena warga non-Eropa dilarang masuk ke Australia di bawah ketentuan kebijakan Australia Putih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement