Rabu 08 Mar 2017 10:06 WIB

Di Gaza, Yousef Al-Khattab Temukan Cahaya Islam

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi).
Foto:
Dakwah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah menjadi mualaf, Yousef pindah ke Palestina. Di sana, ia dikenal aktif berdakwah di kalangan orang-orang Yahudi meski ia sendiri tidak diakui lagi oleh keluarganya yang tidak suka melihatnya masuk Islam.

''Saya sudah tidak lagi berhubungan dengan keluarga saya. Kita tidak boleh memutuskan hubungan kekeluargaan, tetapi pihak keluarga saya adalah Yahudi dengan entitas keyahudiannya. Kami tidak punya pilihan lain, selain memutuskan kontak untuk saat ini. Kata-kata terakhir yang mereka lontarkan kepada saya adalah saya barbar,'' tutur Yousef tentang hubungan dengan keluarganya saat ini, sebagaimana dikutip dari readingislam.

Namun, ia mengakui, berdakwah tentang Islam di kalangan orang-orang Yahudi bukanlah pekerjaan yang mudah. Menurutnya, yang pertama kali harus dilakukan dalam mengenalkan Islam adalah hanya ada satu manhaj (pemikiran) dalam Islam, yaitu manhaj yang dibawa oleh Rasulullah SAW yang kemudian diteruskan oleh para sahabat dan penerusnya hingga sekarang.

Dalam pandangannya, cara yang paling baik untuk menunjukkan Islam merupakan agama untuk semua umat manusia adalah dengan memberikan penjelasan berdasarkan ayat-ayat Alquran. ''Dan, juga harus menekankan bahwa yang membedakan antara umat manusia adalah ketakwaannya kepada Allah semata.''

Saat masih menjadi pemeluk Yahudi yang tinggal di Palestina, Yousef sering kali diwawancarai tentang konflik Palestina-Israel. Ia mengakui adanya diskriminasi yang dilakukan Pemerintah Israel terhadap Muslim Palestina. Dia sendiri pernah dipukul oleh tentara-tentara Israel meski tidak seburuk perlakuan tentara-tentara Zionis itu kepada warga Palestina dan Muslim.

''Saya masih beruntung. Penderitaan yang saya alami tidak seberat penderitaan saudara-saudara kita di Afghanistan yang berada di bawah penjajahan AS atau saudara-saudara kita yang berada di kamp penjara AS di Kuba (Guantanamo),'' ungkapnya dengan rasa syukur.

Saat menetap di Palestina, ia pernah mendirikan organisasi bagi para pemuda Muslim yang sebagian anggotanya adalah mualaf. Namun, organisasinya itu sering dicap sebagai kelompok garis keras. ''Ini adalah risiko lain dalam berdakwah,'' ujar ayah dari Abdel Rahman, Hesibeh, Abdel Aziz, dan Abdullah ini.

Kepada orang-orang non-Muslim yang tinggal di lingkungannya, Yousef berusaha mengampanyekan bahwa Islam bukanlah agama yang rasis. Penjelasan mengenai itu tertera dalam firman Allah dan sabda Rasulullah SAW. Menurutnya, apa yang selama ini diperjuangkan oleh kaum Muslim bukan merupakan bentuk kebencian kepada orang-orang non-Muslim.

''Kita berjuang hanya demi Allah semata, untuk melawan mereka yang ingin membunuh kita, yang menjajah tanah air kita, yang menyebarkan kemungkaran, dan menyebarkan ideologi Barat di negara kita,'' papar Yousef.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement