Jumat 29 Sep 2017 17:45 WIB

Pembuka Pintu Rezeki

Menyikapi musibah dengan tawakal.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang/ca
Menyikapi musibah dengan tawakal.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ada salah persepsi kala kita mendengar kata tawakal. Tawakal kadang identik dengan menyerahkan segala sesuatunya tanpa adanya usaha sedikitpun.

Padahal tawakal adalah sesuatu yang proses awalnya dimulai dengan sebuah ikhtiar. Tak sebatas ikhtiar biasa, namun sebenar-benarnya ikhtiar.Jika tawakal telah melalui proses yang benar, maka tawakal akan memiliki fadilah sebagai sebab diturunkannya rezeki.

Para ulama telah menjelaskan makna tawakal secara jelas. Diantaranya adalah Imam Al-Ghazali. Ia berkata , "Tawakal adalah penyandaran hati hanya kepada wakil (yang ditawakali) semata". (Ihya' Ulumid Din, 4/259)

Sementara Al-Allamah Al-Manawi dalam Faidhul Qadir berpendapat jika tawakal adalah menampakkan kelemahan serta penyandaran (diri) kepada yang ditawakali.

Berkomentar soal tawakal, Al-Mulla Ali Al-Qari berkata,"Hendaknya kalian ketahui secara yakin bahwa tidak ada yang berbuat dalam alam wujud ini kecuali Allah, dan bahwa setiap yang ada, baik makhluk maupun rezeki, pemberian atau pelarangan, bahaya atau manfaat, kemiskinan atau kekayaan, sakit atau sehat, hidup atau mati dan segala hal yang disebut sebagai sesuatu yang maujud (ada), semuanya itu adalah dari Allah". (Murqatul Mafatih, 9/156)

Jika orang beriman melakukan tawakal dengan sebenar-benar tawakal maka ia akan menjadi jalan bagi terbukanya pintu rezeki. Dalam sebuah hadis dari Umar bin Khattab RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh, seandainya kalian bertawakal kepada Allah sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezeki burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang." (HR Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Kita lihat tawakal erat kaitannya dengan kayakinan yang utuh dan sangat kuat hanya kepada Allah SWT. Tidak ada yang bisa menggaransi burung yang terbang pagi hari jika ia pasti akan mendapatkan rezeki kecuali hanya Allah saja. Maka ia keluar dari sarangnya tanpa perasaan khawatir dan pulang dalam keadaan kenyang.

Disarikan dari Dialog Jumat Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement