Jumat 03 Mar 2017 04:07 WIB

Letkol Barnes Dalami Islam Usai Tantang Debat Tentara Muslim

Rep: Fira Nursyabani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Letkol Barnes (kanan)
Foto: All American Muslim
Letkol Barnes (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Michael Barnes dibesarkan di dalam sebuah keluarga Kristiani yang taat di Alexandria, Louisiana. Keluarganya biasa pergi beribadah setidaknya tiga kali dalam sepekan. Barnes bersekolah di Jarvis Christian College dan bergabung dengan Angkatan Darat AS ketika ia berusia 23 tahun.

Ketika ditempatkan di sebuah pangkalan militer Amerika di Jerman, Barnes bertemu dengan seorang tentara Muslim yang selalu berbicara tentang Islam dan kebajikan. Ia merasa begitu terganggu dengan tentara Muslim ini dan suatu hari ia memutuskan untuk menantang tentara tersebut melakukan debat publik tentang Islam dan agama yang didalaminya sejak kecil.

Sebanyak 30 tentara lainnya turut menyaksikan perdebatan itu. Setelah debat berakhir, Barnes mengaku tentara Muslim itu telah mencerahkan dia dengan beberapa fakta yang membuatnya menganggap Islam bagaikan sebuah cahaya.

"Jujur, ​​saya pikir saya punya benteng kebenaran. Dan untuk pertama kalinya, kepercayaan diri saya terguncang mengenai siapa saya dan apa yang saya percaya," kata Barnes, dikutip All American Muslim.

Dia kemudian memutuskan untuk mempelajari Islam. Setiap hari setelah bekerja, dia menghabiskan berjam-jam membaca Alquran dan Alkitab. Setelah dua tahun, Barnes siap mengganti namanya menjadi Khallid Shabazz.

"Salah satu bagian favorit saya dalam Alquran adalah pertanyaan apakah orang yang berpikir sama dengan orang yang melakukan. Ini merupakan komponen pemikiran dalam Islam yang benar-benar menggelitik saya," ungkapnya.

Dalam militer AS, Barnes menjabat sebagai letnan kolonel dan memiliki dua gelar doktor dan tiga gelar master. Dia mengatakan, ada beberapa tentara Amerika yang memutuskan masuk Islam, yang datang kepadanya untuk melakukan konseling dan meminta dukungan.

Hanya 3 bulan yang lalu seorang sersan master dalam Pasukan Khusus datang menangis untuk Shabazz. "Saya sudah berpikir tentang Islam selama sekitar tiga tahun dan saya siap untuk mengucapkan syahadat," ujar seorang sersan dari pasukan khusus kepada Barnes.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement