Selasa 28 Feb 2017 03:06 WIB

Zachary West: Islam, Agama yang Selama ini Saya Rindukan

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi)
Foto: Onislam.net
Mualaf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Zachary West masuk Islam pada 2010 lalu. Saat itu, usianya baru 22 tahun. Saat diwawancarai Overcome TV, seperti dikutip dari About Islam.net, awalnya West muda aktif di sebuah gereja Katolik. Ia lebih dikenal sebagai anak asisten pastor. Karena itu, ia terbiasa dengan suasana religius Kristiani sejak dini.

Dengan sang pastor pun West cukup dekat dan akrab, bagaikan ayah sendiri. Kemudian, West melanjutkan pendidikan menengahnya ke sebuah SMA publik. Sebagaimana para murid baru di sana, ia bebas mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang tersedia.

Saat itu, entah mengapa West justru tertarik pada klub studi terkait agama-agama, alih-alih kegiatan lainnya yang bersifat rekreasional.

Di sinilah West pertama kali mengenal Islam. Uniknya, ceramah tentang Islam yang pertama kali didengarnya bukanlah dari seorang Muslim, melainkan perempuan Nasrani yang berasal dari Sekte Mormon.

Bagaimanapun, penjelasannya mengenai Islam cukup menarik perhatian West. Ia mengenang, saat itu secara sambil lalu ia menegur sahabat sekelasnya dan berkata, Hei, Rayan. Mengapa kita tidak percaya agama ini (Islam) saja?

Sahabatnya itu tentu saja mengira West hanya berseloroh dan mengatakan agar West tidak usah pusing-pusing mempersoalkan agama lain. Padahal, menurut West, di usia semuda itu ia justru tertarik soal-soal mengenai ketuhanan. Khususnya, bagaimana hubungan antara Pencipta dan ciptaannya, termasuk manusia.

Pemikiran yang cukup melampaui kawan-kawan seusianya di SMA. Dalam usia semuda itu, West memperhatikan, banyak orang di sekolah atau Amerika pada umumnya tidak meyakini adanya tuhan. Bukan lantaran tidak percaya, melainkan kurang mencari tahu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement