Sabtu 04 Feb 2017 18:00 WIB

Yani, Kewajiban Shalat, dan Analogi Sebungkus Permen

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Agung Sasongko
Mualaf tengah berdoa (ilustrasi)
Foto: onislam.net
Mualaf tengah berdoa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yani (27 tahun). Karyawati di salah satu perusahaan swasta di Jakarta itu mengaku tertarik masuk Islam lantaran rasa ingin tahu tentang Islam. Beberapa kali, Yani mengaku kerap berdebat dengan pacarnya, yang memang Muslim, terkait masalah-masalah agama. Ketertarikan Yani terhadap Islam ini pun dimulai sejak 2010.

Salah satu hal yang menarik perhatian Yani adalah praktik poligami yang dilakukan Rasulullah SAW. Pada saat itu, dia hanya tahu soal Islam yang melegalkan poligami, dekat dengan teroris dan radikalisme. Begitu mendapat penjelasan, Yani akhirnya mengetahui alasan atau maksud dan tujuan Rasulullah SAW memperistri seorang perempuan, termasuk saat memperistri seorang janda.

Selain itu, Yani  mengaku tertarik dengan kewajiban mengenakan hijab bagi Muslimah. Yani pun sempat menanyakan hal ini kepada sang pacar. ''Waktu itu saya mendapatkan penjelasan dan analogi lewat sebungkus permen. Pacar saya bilang, 'Kamu mau makan permen yang udah kebuka atau yang masih ketutup?' Terus saya jawab, 'Yang masih tertutup dong,' Akhirnya sama kayak Islam yang mewajibkan perempuan menggunakan hijab. Habis dari situ, saya bilang, 'O iya benar juga,'' kata Yani ketika dihubungi Republika.

Setelah melalui berbagai diskusi, akhirnya Yani memutuskan mengucapkan kalimat syahadat pada 2013 silam. Proses ini pun terbilang cukup cepat. Yani datang ke Masjid Sunda Kelapa dan mengutarakan niatnya untuk masuk Islam. Tidak lama kemudian, Yani difasilitasi untuk masuk Islam dan dipandu untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.

Yani mengungkapkan, saat ini dia merasa lebih nyaman dalam beribadah. Jika pada agama sebelumnya, Yani mengaku merasa cukup malas pergi beribadah, walau hanya dilakukan seminggu sekali. Tapi saat memeluk Islam dengan kewajiban beribadah lima kali dalam sehari, Yani justru merasa bersemangat. ''Dan itu malah bikin tambah rindu, tambah kangen. Gimana sih, rasanya kayak kalau mau ketemu sama orang yang disenangi atau dicintai,'' katanya.

Dalam berperilaku, Yani juga menuturkan bisa lebih menjaga lisannya. Pun dengan sikap untuk menghormati orang lain dan orang tua. Yani merasa, saat ini dirinya menjadi pribadi yang jauh lebih baik ketimbang yang dulu.

Dalam mempelajari Islam, Yani mengaku mendapatkan banyak bantuan dari teman-temannya, rekan sekerja, dan teman dekatnya. Tidak hanya itu, Yani juga banyak belajar dari buku-buku agama Islam. Namun, Yani mengakui, dirinya memang masih belum lancar dan masih terbata-bata dalam membaca Alquran.

Untuk mendalami ilmu-ilmu agama, Yani mengungkapkan, saat ini dia mengikuti sejumlah program dari Mualaf Center Indonesia (MCI). Terutama soal kajian-kajian mengenai sunah. Padahal, sebelumnya Yani mengaku tidak mengikuti forum atau komunitas mualaf tertentu. ''Kalau sekarang sudah enak aja. Ternyata enak kok dan saya nyaman aja,'' ujar Yani.

Yani pun berharap, umat Islam saat ini tidak mudah terprovokasi oleh kabar-kabar yang kerap menyinggung umat Islam. Selain itu, Yani berharap, umat Islam bisa tetap solid dan menjaga satu sama lain. ''Saling menjaga saja satu sama lain. Soliditas dan solidaritas dari umat Islam untuk terus dijaga,'' tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement