Rabu 20 Jul 2016 16:34 WIB

Dari Hijab, Sadiqah Ismat Bersyahadat

Muslimah berhijab
Foto: Republika/Tahta Aidlla
Muslimah berhijab

REPUBLIKA.CO.ID,  CAPE TOWN -- Sadiqah Ismat dahulu berama Stephanie menetap di Cape Town, Africa Selatan. Perjalannya kembali kapada Islam begitu kompleks. “Rasa syukur tak terhingga kepada Allah dengan perjalanan spiritual yang luar biasa,” kata dia seperti dilansir Arab News, Rabu (20/7).

Pada tahun 2008, Sadiqah begitu bangga dengan statusnya sebagai penganut Kristen Katolik.Sejak kecil, ia bersama adiknya dididik secara Katolik oleh ibuya,

“Ibu saya sangat aktif di Gereja. Ibulah yang mengajari saya pentingnya agama,” kata dia.

Sejak kecil, Sadiqah meyakini Yesus adalah Tuhan. Sosok yang akan menyelamatkan umat manusia dari api neraka.“Jujur saya takut dengan neraka dan Tuhan. Saya selalu berdoa agar tidak menjadi bagian dari penghuni neraka,” kata dia. Begitu takutnya, hingga Sadiqah pun kerap melaksanakan puasa.

Memasuki usia dewasa, Sadiqah mulai menyenangi karya seni dan astronomi. Ia tak lagi menetap bersama ibunda. “Setelah SMA kami berpisah. Saya pindah ke pinggiran kota lain,” kata dia.

Suatu waktu, Sadiqah merasakan depresi berat. Selama tiga tahun ia menjalani terapi.” Saya bingung dan tidak memiliki rasa tujuan dan arah dalam hidup saya,” kata dia.

Di masa terpuruk, Sadiqah mendapatkan dukungan ibunda. Rupanya pada masa itu, ada rencana khusus yang disiapkan Allah untuknya.

Pada tahun 205, ia mulai kembali ke geraja. Bukan gereja Katolik melainkan Anglikan. Melalui perubahan itu, Sadiqah ingin memperbaiki diri dari keterpurukan.  “Saya ingin menjadi biarawati,” ungkapnya.

Pada tahun 2006, Sadiqah mulai tertarik memakai kerudung seperti biarawati lakukan. Pakaiannya serba tertutup.

Di Cape Town, kata dia, ada riwayat Muslim yang baik, dimulai dengan budak Melayu dibawa ke sini di abad ke-17. “Jadi kami memiliki cukup banyak Muslim lokal (kebanyakan Melayu berwarna), meskipun umat Islam hanya membuat sekitar 2 persen dari populasi Afrika Selatan dibandingkan dengan 80 persen Kristen. Saya tertarik dengan jilbab, yang meliputi leher serta kepala,” ungkapnya.

Mengetahui perubahan itu, ibunda Sadiqah menyangka anaknya telah menjadi Muslim. Sadiqah terkejut, meski diakuinya saat itu mulai menghormati Muslimah berhijab.

Sejak itu, Sadiqah mulai merasakan satu perubahan dimana ia mulai mencintai jilbab. “Saya seperti menemukan kesederhanaan dan kehormatan saya sebagai perempuan,” ungkapnya haru. Bersambung..

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement