Jumat 19 Feb 2016 14:42 WIB

Kisah Holdbrook Temukan Islam di Penjara Guantanamo

Rep: MGROL57/ Red: Muhammad Subarkah
Para tahanan Muslim melaksanakan shalat berjamaah di Kamp IV penjara Guantanamo, Kuba. Foto diambil pada 5 Agustus 2009 silam.
Foto: Reuters
Para tahanan Muslim melaksanakan shalat berjamaah di Kamp IV penjara Guantanamo, Kuba. Foto diambil pada 5 Agustus 2009 silam.

REPUBLIKA.CO.ID, Terry Colin Holdbrooks Jr, mantan polisi militer Amerika Serikat, menceritakan kisahnya menjadi Muslim setelah bertugas di Teluk Guantanamo, Kuba. Holdbrooks pada 2002 setelah resmi bergabung dengan militer Negeri Paman Sam ditugaskan menjaga tahanan di penjara khusus teroris.

Di sana, mayoritas tahanan adalah Muslim. Sebelum berangkat ke Guantanamo ia mendapatkan 'pelatihan' dan pesan tegas yang ditanamkan para instruktur.

"Para tahanan di Guantanamo adalah yang terburuk dari yang terburuk. Mereka teroris. Mereka Al-Qaeda dan Taliban. Mereka membenci kalian. Mereka membenci semua dari Amerika. Mereka benci demokrasi dan kebebasan. Mereka bukan manusia, mereka binatang," demikian pesan untuk para prajurit, termasuk Holdbrooks.

Tak hanya itu, Holdbrooks juga dipesan seperti ini, "Mereka membenci kalian dan membenci semua yang kalian bela. Ingatlah peristiwa 9/11 dan warga Amerika yang gugur hari itu. Islam yang melakukannya. Muslm yang melakukannya."

Dilansir dari Saudi Gazette, doktrin tersebut tertanam pada Holdbrooks. Agustus 2002, ketika Holdbrooks mulai bertugas ia pun bertanya-tanya. Sebab, tahanan di Guantanamo jauh dari kata brutal. Namun tahanan yang selalu disiksa itu tampak tetap rajin beribadah.

Bahkan para tahanan itu tetap bicara lembut dan tersenyum. Melihat kekejaman tentara Amerika Serikat pada tahanan yang jauh dari peringatan para instruktur, maka semakin besar saja pertanyaan Holdbrooks kepada mereka.

"Bagaimana mereka tetap memiliki kepercayaan, kekuatan, dan kedamaian untuk beribadah? Mengapa mereka beribadah? Mengapa saya tidak memiliki kebahagiaan itu?" Holdbrooks bertanya-tanya.

Dia mulai bertanya pada para tahanan. Mereka selalu menjawab bahwa situasi keji ini hanya ujian dari Allah atas iman mereka. Para tahanan percaya dapat melaluinya.

Setelah itu Holdbrooks mulai belajar tentang Islam dari para tahanan. Salah satu tahanan, Ahmed Errachidi, menjadi guru Holdbrooks memahami agama ajaran Rasulullah tersebut. Pengetahuan dari Errachidi membawanya mulai membaca Al-Qur'an dan menghentikan kebiasaan buruk seperti minum alkohol dan merokok.

Tepat 29 Desember 2003, Holdbrooks melafalkan syahadat di luar kamar tahanan Errachidi. Setelah menjadi Muslim, tahun 2004 tanpa alasan jelas ia diberhentikan dengan terhormat dari kesatuan polisi militer. Ia sempat jatuh depresi, tetapi kembali dalam bimbingan Islam Holdbrooks pun melanjutkan hidup. Hingga hari ini ia menjadi penasehat hak asasi manusia, dan berdakwah dari masjid ke masjid di Amerika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement