REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hidayah datang kapan saja. Sebut saja, Alan, pria paruh baya yang menetap di Dataran Tinggi Skotlandia. Di tempatnya menetap, ia belum pernah bertemu seorang Muslim. Namun, hidayah datang padanya hingga akhirnya Alan memutuskan bersyahadat.
"Pertemuan saya dengan Islam dimulai ketika saya mendengar azan sebuah masjid di Turki. Ini yang mengilhami saya mencari kebenaran," ungkapnya seperti dilansir The Independent, Rabu (10/2).
Sekembalinya dari Turki, Alan bergegas mencari Alquran di sebuah toko buku lokal. Mulai membaca, Alan terdorong untuk banyak berdoa. "Alquran benar-benar mengguncang saya. Begitu banyak yang anda dapat ketika membacanya," ungkap dia.
Sejak itu, Alan tak pernah berhenti membaca. Pada akhirnya, ia memahami, bahwa titik penting dari pencariannya itu adalah menjadi seorang Muslim.
Alan gundah. Ia tahu apa yang dibacanya itu, namun ia memikirkan perubahan apa yang akan dilakoninya. Bagaimana ia mengungkapkan perubahan itu kepada keluarganya. "Apa yang akan dikatakan keluarga saya. Bagaimana kolega saya melihat perubahan yang saya alami," ucapnya.
Pencarian kebenaran pun berlanjut. Kali ini, Alan mencari segala macam informasi tentang Islam dan Muslim di dunia maya. Lalu ia mengetahui bagaimana berdoa dengan bahasa Arab. "Bagi saya, musik sangat membantu Anda melalui fase ini," kata dia.
Butuh waktu 18 bulan hingga Alan akhirnya memutuskan menjadi Muslim. Ia mulai melaksanakan shalat, berpuasa Ramadhan, dan makan dan minum hanya apa yang dianggap dapat diterima sesuai dengan ajaran Alquran.
Alan pun memberanikan diri mengenalkan identitas barunya. Banyak hal yang kemudian mendorongnya mempelajari Islam lebih dalam. Utamanya, bagaiaman menjaga akidah seorang Muslim dimana pun mereka berada.
"Jadi, saya seorang kulit putih, pria Muslim Skotlandia, saya senang dengan identitas itu," kata dia.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
