Selasa 26 Jan 2016 06:41 WIB

Sehari Berdakwah, Kiai Nababan Bimbing Dua Warga NTT Bersyahadat

KH Syamsul Arifin Nababan
KH Syamsul Arifin Nababan

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG --  Pimpinan Pesantren Muallaf An-naba Center,  KH. Syamsul Arifin Nababan, dalam perjalanan dakwahnya di NTT membimbing dua orang perempuan sekaligus. Pada Rabu, 20 Januari 2015 kemarin, dua gadis muda yang kebetulan kakak-beradik, yang bernama Adolsiza dan Adosiza mengucapkan kalimat syahadat setelah mendengarkan penjelasan kiai Nababan tentang perbandingan agama antara Islam dengan Kristen.

Awalnya, mereka berdua sudah tertarik terhadap Islam, namun masih belum memperoleh informasi dan penjelasan akan Islam secara memadai. Lebih dari itu, ketertarikan mereka terhadap Islam mendapat sambutan dari kedua orang tuanya yang masih beragama Katholik.

Bahkan, orang tua mereka juga menyarankan agar keduanya masuk Islam dan mempelajrinya dengan sungguh-sungguh di pulau Jawa. Hal ini dilakukan oleh orang tua mereka karena melihat perbedaan yang sangat  signifikan terjadi pada keponakannya yang telah memeluk agama Islam lebih dulu.

Ia memandang perubahan baik dari sisi akhlak, adab berbicara, berpakaian, sangat baik dan sekarang telah kuliah di salah satu perguruan tinggi agama Islam di Jakarta. Inilah yang mendorong orang tua kedua gadis ini untuk mengikhlaskan anaknya bersyahadat dan memeluk Islam.

Meskipun kedua orang tua Adolsiza dan Adosiza mendorong serta mengikhlaskan keduanya masuk Islam, tapi bukan berarti mereka begitu saja dapat menerimanya. Terlebih dahulu mereka bertanya mengenai perbedaan antara Islam dengan Kristen, khususnya dalam hal tata cara beribadah. Inilah kemudian yang mereka tanyakan kepada Kiai Nababan yang kebetulah sedang menjalankan misi dakwah di NTT.

Penjelasan awal yang disampaikan mengenai perbedaan tata cara beribadah kedua agama ini adalah tentang shalat. Kiai menjelaskan bahwa tidak ada tata cara beribadah yang memuliakan Tuhan selain dalam Islam yang dapat dilihat ketika seorang melakukan shalat.

Beliau mengatakan dalam shalat seorang Muslim melakukan gerakan takbir yang menandakan kepasrahan, penyerahan diri kepada Sang Pencipta.

“Kalau sebagai rakyat kita menghormati presiden dengan mengangkat satu tangan, maka kepada Allah kita mengangkat kedua belah tangan kita serasa berucap Allauakbar, yang artinya Allah Maha Besar. Ini sama artinya dengan menganggap selain Allah, semuanya kecil. Harta kecil, jabatan kecil, rumah kecil, mobil kecil, ayah kecil, ibu kecil, semuanya kecil, hanya Allah-lah satu-satunya yang besar, sehingga tiada bandingannya,”, pungkas kiai seperti dilansir pesantren mualaf Annaba Center, Selasa (26/1).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement