Rabu 18 Nov 2015 05:33 WIB

Dua Alasan Anastasia Zaira Lotoreva Memilih Islam

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi)
Foto: courtesy onislam.net
Mualaf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kehadiran Muslim etnis Rusia di negara itu relatif baru. Mungkin, sekitar paruh kedua tahun 2000-an. Saat itu, fakta banyaknya orang asli Rusia yang masuk Islam mulai dibahas secara luas. Orang-orang ini berasal dari berbagai lapisan masyarakat. Mereka melakukan konversi bukan hanya karena faktor pernikahan, tetapi juga pilihan spiritual.

Memang, keberadaan mualaf asli Rusia di negara berlatar belakang ortodoks tradisional dan sekuler itu tampak paradoks. Islamofobia tercatat pernah merebak pada tahun 1990-an. Kala itu, ledakan bom menghantam beberapa blok apartemen di Moskow dan Volgodonsk. Konon, pelakunya siapa lagi kalau bukan kaum fundamentalis Islam.

Waktu itu sangat gawat. Di jalan-jalan, anak perempuan yang berjilbab dipandang teroris. Orang-orang akan menjauh dari mereka di angkutan umum. Polisi juga seringkali memeriksa surat-surat mereka tanpa alasan. Tanpa pandang bulu, migran dari Timur dianggap Muslim dan diperlakukan seperti orang asing.

Dua dekade berlalu, wajah itu mulai berubah. Seorang pendeta Ortodoks yang masuk Islam, Ali Vyacheslav Polosin, mengatakan, sekarang ada lebih dari 10 ribu Muslim etnis Rusia di negara itu. Dalam tulisan ini, sepuluh Muslim Moskow akan berkisah tentang iman, sukacita, dan sikap terhadap Islam di Rusia saat ini.

Anastasia Zaira Lotoreva (27) misalnya. Dia selalu berpikir sangat serius tentang agama. Lotoreva tidak hanya berganti-ganti agama, tapi bahkan menghabiskan waktu untuk mempelajari agama. Dia banyak membaca dan berdiskusi dengan para pemeluknya.

Lotoreva lahir di Kazakhstan. Ia memiliki banyak teman dari sana yang sekarang tinggal di Moskow. Dia pertama kali datang ke kota itu untuk belajar di People’s Friendship University of Russia. Di sanalah, perempuan itu bertemu seorang teman masa kecil dari keluarga Muslim.

Ia mengaku banyak belajar tentang Islam dari sahabatnya. Mereka berbagi pengetahuan tentang Islam dan Kristen. “Saya sangat berterima kasih padanya atas kesabarannya,” ungkap dia. Beberapa waktu berselang, Lotoreva mengatakan kepada sahabatnya bahwa dia ingin menjadi Muslim. Meskipun terkejut mendengar keputusan itu, sahabatnya segera membantu.

Hal pertama yang menarik rasa ingin tahunya ketika masuk Islam adalah poligami. Di Rusia, saat ini istri kedua tidak memiliki hak hukum. Perempuan itu merasa sulit menerima, meskipun dia yakin itu pasti benar karena sudah tertuang dalam Alquran.

Menurut Lotoreva, kita harus memahami konteksnya. Bagaimana poligami dilaksanakan di dunia saat ini? Bisakah seorang pria bersikap adil memperlakukan semua istri dan keluarganya? Poligami lebih merupakan pilihan bagi wanita dengan anak-anak yang menjadi istri kedua. Ia menilai poligami sebagai bentuk pertolongan kepada masyarakat.

Orang menaruh reaksi berbeda ketika tahu dia memilih Islam. Sebagian temannya mengatakan, “Kamu sudah gila! Kami akan menelepon orang tuamu dan menyuruh mereka meluruskan pikiranmu!” Tetapi, beberapa teman lain mendukungnya. Begitu pula, keluarga Lotoreva. Mereka merespon dengan baik perihal keislamannya. Islam bukan barang baru dalam keluarga besar Lotoreva. Suami neneknya yang kedua berasal dari Tatar, sedangkan saudara-saudara ayahnya Muslim.

Lotoreva menikah dengan seorang jurnalis keturunan Turki-Uzbek. Keluarga suaminya sangat menerima perempuan itu, meskipun dia berasal dari etnis Rusia. Yang terpenting, kata mereka, dia Muslim. Identitas Muslim itu penting berkaitan dengan cara membesarkan anak-anak. Perempuan juga harus tahu hak-hak mereka dalam Islam.

Bagi Lotoreva, menjadi Muslim berarti taat pada Allah. Islam adalah cara hidup, bukan hanya kumpulan ajaran dogmatis. “Saya ingin Muslim Rusia menghargai budaya sendiri, tidak asal meniru budaya Timur,” kata dia menambahkan. Lotoreva juga ingin Muslim Rusia menjaga identitas mereka. Soal nama, misalnya. Ia mengaku, suaminya lebih suka nama Rusia-nya, Anastasia.

Perempuan yang kini memilih menjadi ibu rumah tangga itu memperkirakan, jumlah Muslim Rusia akan terus tumbuh. “Saya ingin komunitas kita lebih aktif di tengah masyarakat sehingga ada lebih banyak dokter, guru, dan ilmuwan Muslim. Supaya, umat Islam menjadi bagian yang diterima sepenuhnya di Rusia, ”  kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement