Ahad 04 Oct 2015 11:49 WIB

Perkuat Akidah Jeanne Ester Adelaida Jadi Santri

Zaenab Ester Adelaida (Kiri) bersama rekan kerjanya.
Foto: Dokpri
Zaenab Ester Adelaida (Kiri) bersama rekan kerjanya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktis hanya Zaenab dan kakaknya yang Muslim, orang tua dan kakaknya yang lain masih Nasrani. Itu sebabnya, ada penolakan dari keluarganya ihwal keputusannya menjadi Muslim. Ia pun diusir karena pilihannya itu.

“Saya bisa menerima itu.  Hingga ayah meninggal, saya masih disalahkan, Kata mereka karena saya ayah meninggal,” kenang dia.

Meski mendapat penolakan, Zaenab tetap menjaga akhlak sebagai seorang anak. Ketika ayahnya jatuh sakit, ia menengok. Memang, niatan baiknya itu dibalas dengan hal yang menyakitkan. Semisal, ketika ayahnya berada di Unit Gawat Darurat, Zaenab diminta melepas jilbab.  “Saya jadi bingung, apa hubungannya melepas jilbab dengan sakitnya ayah saya,” Tanya dia.

Kegigihan Zaenab perlahan mulai melunakan hati keluarganya. Tapi bukan berarti Zaenab diterima kembali. Oleh keluarganya, dia dianggap sebagai anak yang hilang. Berulang kali, keluarganya mengajak ia ke gereja. Lagi-lagi, Zaenab dengan lantang menolak ajakan itu.

“Setiap kali saya ingin mengajak mereka, pasti ujung-ujungnya bertengkar. Saya memahami itu bukanlah hal yang mudah,” kata dia.

Hubungan dengan keluarganya tidak menjatuhkan mental Zaenab. Namun, ia merasa terpukul ketika keluarga kakaknya yang sejak lahir  menjadi Muslim justru menjelek-jelekan ajaran Islam. “Saya memahami banyak pengaruh luar yang membuat keluarga kakak iparnya seperti itu. Jujur, ini menggores hati saya. Saya yang mualaf mencintai Islam, Ini keluarga Muslim kok menghina islam,” kata dia.

Sejak itu, Zaenab kian bertekad mempelajari ajaran Islam. Niatan itu diimplementasikannya dengan masuk pesantren Syahamah di Klender, Jakarta Timur. Di pesantren itu, Zaenab mempelajari Islam mulai dari dasar akidah.  “Saya masuk pesantren bulan Mei 2014,” kata dia.

Awalnya, Zaenab ingin total belajar Islam di pesantren. Namun, ia butuh pekerjaan guna menunjang kehidupan sehari-hari. Karena itu, ia masih menerima pekerjaan di bidang konstruksi.  “Sebagai seorang mualaf, saya harus membentengi diri saya sendiri. Saya belajar akidah. Ke depan, harapan saya bisa berbagi ilmu kepada siapapun,” kata dia.

Selama belajar di pesantren, Zaenab menyimpulkan Islam tidaklah rumit. Ia merasakan keindahan Islam. Ia melihat ajaran agama lain menyembah apa yang diciptakan Tuhan. Sementara islam mengajarkan Muslim menyembah sosok yang menciptakan kehidupan. “Jadi, saya memahami, apa itu puasa, shalat. Intinya, apa yang diperintahan Allah pencipta kehidupan adalah hal terbaik bagi setiap mahluknya,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement