Kamis 27 Aug 2015 20:40 WIB

Irenia Mascharenhas: Saya Ingin Sekolah di Pesantren dan Jadi Dokter

Mualaf
Foto: Onislam.net
Mualaf

REPUBLIKA.CO.ID, CIPUTAT -- Irenia Mascharenhas, gadis belia berumur 12 tahun, baru saja mengucapkan kalimat syahadat tadi malam, Rabu (25/8). Iren, panggilan akrabnya merupakan adik dari dua orang santri Annaba Center, Khairunnisa dan Lukman Hakim, yang keduanya adalah seorang mualaf.

Iren anak kelima dari enam bersaudara dan empat diantaranya sudah memeluk Islam. Ia tertarik pada Islam karena melihat kakak-kakaknya telah “berhasil” dalam berIslam. Keberhasilan tersebut diperlihatkan oleh kedua orang kakaknya, Nisa dan Lukaman, yang mana keduanya masing-masing duduk pada bangku kuliah dan SMK.

Terlebih lagi Nisa telah menghafal delapan juz Alquran dan mendapat hadiah umrah dari salah seorang pemerhati mualaf, bapak H. Muhammad Fitno karena keberhasilannya dalam menghafal ayat-ayat Allah.

Sebelum Iren, adik Annisa dan Lukman, yang bernama Zainab, telah lebih dahulu memeluk Islam. Nisa dan Lukman telah membuat kedua adiknya ini terpukau, sehingga tertarik untuk memeluk Islam. Kegigihan dakwah kepada keluarga yang ditunjukkan oleh keduanya membuahkan hasil yang maksimal.

Dakwah bil hal adalah salah satu kunci bagi mereka untuk memikat hati adik-adiknya. Hal ini terungkap ketika proses pensyahadatan Iren yang dilakukan oleh pimpinan pondok Pesantren Pembinaan Mualaf Yayasan Annaba Center Indonesia, KH. Syamsul Arifin Nababan, berlangsung.

Iren ditanya oleh pak Kiai; “Iren, mengapa kamu ingin masuk agama Islam? Apa ada yang memaksamu? Atau karena iming-iming dan bujuk rayu kakak-kakakmu?”, tanya pak Kiai. Dengan sikap yang polos Iren mengatakan: “Tidak, saya mau masuk Islam karena mau seperti kakak. Saya ingin sekolah di pesantren, dan ingin menjadi orang yang berguna.”, jawabnya dengan tegas. Kemudian pak Kiai pun bertanya lagi; “Iren punya cita-cita apa kalau sudah besar?”

Dengan sigap ia menjawab; “Mau jadi dokter pak Kiai.” Pak kiai pun senang dan bangga mendengar jawaban Iren tersebut. Beliau berpesan bahwa Iren InsyaAllah bisa menjadi dokter jika bersungguh-sungguh dalam belajar dan menghafal Alquran, karena kini telah banyak bermunculan beasiswa kedokteran bagi para penghafal Al-Quran yang mampu menghafal 30 juz Alquran.

Mendengar jawaban iren yang jujur dan menampakkan keinginan yang kuat, Kiai pun akhirnya yakin bahwa Iren telah mendapatkan hidayah yang didapatkan melalui dakwah dari kedua kakaknya. Akhirnya, pada malam itu juga, Iren disyahadatkan di pesantren Annaba Center Indonesia, disaksikan oleh para asatidz, ustaz Ozi Setiadi, ustaz Idham Cholid, dan ustaz Irwansyah.

Setelah pensyahadatan selesai dilakukan, Iren pun mengganti namanya dengan Azizatun Nafisah. Acara pensyahadatan tersebut pun kemudian ditutup dengan pembacaan doa yang dibacakan oleh ustadz Irwansyah selaku senior asatidz di Annaba Center. Beliau juga mendoakan semoga Iren mendapatkan kemudahan dari Allah Swt. dalam menggapai cita-citanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement