Ahad 16 Aug 2015 16:51 WIB

Dakwah Dikalangan Tionghoa Masih Terbatas

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Jamaah mendengarkan khotbah Jumat di Masjid Lautze, Pasar Baru, Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Jamaah mendengarkan khotbah Jumat di Masjid Lautze, Pasar Baru, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran adalah pedoman hidup. Alquran bukan hanya untuk dilafalkan, melainkan juga dipahami dan dilakoni. Tema itulah yang menjadi kajian pembinaan mualaf di Masjid Laotze, Sabtu (8/8).

"Keyakinan menentukan sikap. Hanya keyakinan Qurani yang menentukan sikap yang Islami," kata Budi Mar'at, fasilitator Yayasan Mutiara Tauhid dalam kajian tersebut. Budi mengatakan, banyak orang yang menjadikan Alquran sebatas syair atau mantera. Alquran belum dijadikan pedoman hidup.

Pahadal, Budi mengibaratkan manusia seperti mobil. Ketika mobil rusak, ia tak cukup dibacakan buku panduan (manual book)-nya, tetapi perintah dalam manual book itu harus dipraktikkan. Demikian pula ketika Alquran tidak dipahami, ia tidak akan menjadi pedoman hidup yang menjelma perilaku.

Budi menambahkan, Alquran turun sebagai perwujudan kasih sayang Allah. Manusia tercipta dengan segenap keterbatasan maka Allah menurunkan Alquran untuk menutup keterbatasan itu. Menurut dia, ketika seorang Muslim melanggar aturan Alquran, rute hidupnya akan rusak. Akan muncul perasaan khawatir dan sedih hati.

 

Sebanyak belasan mualaf tampak hadir di lantai empat Masjid Laotze, Pasar Baru, siang itu. Ketua Yayasan Haji Karim Oei sekaligus pengelola Masjid Laotze, Ali Karim Oey, mengungkapkan, Masjid Laotze secara rutin mengadakan pembinaan mualaf. Minimal dua kali sepekan, setiap Sabtu dan Ahad. Sabtu siang untuk kajian tafakur, sementara Ahad siang berupa kajian umum biasa.

Ali Karim menambahkan, mualaf berdatangan tidak hanya dari wilayah sekitar Laotze, tetapi juga Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang. Pengisi acaranya berasal dari berbagai kalangan. Mualaf yang sudah memiliki bekal ilmu memadai pun tak jarang didaulat untuk berbagi ilmu dengan mualaf lain.

"Sebagian besar mualaf di sini keturunan Tionghoa," ucap Ali Karim kepada ROL belum lama ini.

Menurut dia, Masjid Laotze memang sengaja fokus untuk berdakwah di kalangan etnis Tionghoa lantaran segmen ini belum optimal digarap. Lokasi masjid yang berada di kawasan Pecinan itu pun, menurutnya, merupakan bentuk syiar.

Putra bungsu Abdul Karim Oey ini pun menyayangkan, bila etnis Tionghoa masuk Islam dan menjadi ustaz terkenal, biasanya dia tidak lagi berdakwah di kalangan mereka sendiri. Ia berdakwah di kalangan Muslim pada umumnya. Sebagian Muslim malahan masih terbawa sentimen anti-Cina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement