Selasa 30 Jun 2015 10:04 WIB

Dalam Sepekan, Pesantren An-Naba Center Bimbing Lima Mualaf Bersyahadat

Pimpinan Pesantren An-Naba Center, KH Syamsul Arifin Nababan saat membimbing mualaf bersyahadat.
Foto: Pesantren Mualaf An-Naba Center
Pimpinan Pesantren An-Naba Center, KH Syamsul Arifin Nababan saat membimbing mualaf bersyahadat.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Bulan suci Ramadhan menjadi berkah tersendiri bagi pesantren mualaf An-Naba Center Indonesia. Bagaimana tidak, dalam seminggu ini sudah lima orang yang memeluk Islam dan bersyahadat di Pesantren An Naba Center.

Yunianto, adalah orang terakhir dari lima orang tersebut. Seorang karyawan perbankan ini mengaku sudah lama ingin memeluk Islam. Akan tetapi karena kesibukannya sebagai seorang karyawan, baru kali itulah ia berkesempatan datang ke pesantren An Naba Center, tepatnya pada tanggal 21 Juni 2015.

Menurut Yunianto, keinginannya untuk memeluk Islam sudah sejak setahun yang lalu, namun karena berbagai kesibukan yang ada pada dirinya, baru tiga bulan belakangan inilah ia menekuni dan mempelajari Islam. Awalnya keinginan untuk memeluk Islam muncul dari niat untuk menikahi seorang wanita, tapi belakangan keinginan itu justru berubah, bukan lagi karena seorang wanita yang ingin dinikahi melainkan karena hidayah Allah yang tak dapat ia tolak.

“Awalnya keinginan saya masuk Islam karena ingin menikahi Heti. Saya tidak ingin dalam satu keluarga terdapat agama yang berbeda, sehingga dapat rentan menimbulkan konflik. Akan tetapi, belakangan saya baru tahu setelah mempelajari Islam selama tiga bulan, bahwa niat untuk memeluk Islam harusnya karena Allah bukan karena makhluk," katanya.

"Mulai saat itu, saya membulatkan tekad untuk memeluk Islam karena Allah, adapun pernikahan yang akan saya jalani nanti merupakan jalan yang diberikan oleh Allah kepada saya agar mendapatkan hidayah.”, ucap Yunianto," katanya.

Dipandu oleh pimpinan pondok pesantren, KH. Syamsul Arifin Nababan, dan disaksikan oleh keluarga dan seluruh santri An Naba Center, Yunianto mengucapkan kalimat syahadat. Ia mengaku lega usai melakukan pensyahadatan tersebut. Merasa perlu mengganti nama agar kebaikan menyertai pergantian imannya, Yunianto pun menamai dirinya dengan nama Umar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement