Selasa 05 May 2015 14:53 WIB

Tersentuh dengan Proses Embrio, Nichola Pilih Jalan Islam (2-habis)

Rep: c 38/ Red: Indah Wulandari
embriologi
Foto: unsw.edu.au
embriologi

REPUBLIKA.CO.ID,Nichola Taylor pun memutuskan untuk mengenal Islam lebih dalam dengan mengunjungi Central Mosque, London dan membeli beberapa buku. Ia disarankan untuk tidak langsung membaca Alquran karena saya harus memahami konsep-konsep sederhana dalam Islam terlebih dahulu.

“Buku-buku itu menarik, tapi tidak terlalu menonjol sampai saya membaca Miracles of The Qur’an oleh Harun Yahya. Aku menyukai keseluruhan buku itu, tapi yang akhirnya meyakinkan saya adalah penjelasan dari perkembangan embrio,” cetusnya.

Surah Al Mukminun ayat 12-14 sangat menginspirasinya.

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (yang berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang tersimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka, Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”

Menyimak itu, Taylor meneteskan air mata. Ia terkagum-kagum karena di saat pengetahuan medis saat itu telah ada penjelasan dalam Alquran yang menunjukkan embrio di setiap tahapnya. 

“Aku mengucapkan syahadat melalui telepon kepada salah satu rekan saya di Kairo yang selama ini telah membantu saya. Dia menjawab berbagai pertanyaan saya dan menjelaskan banyak hal yang tidak saya mengerti,” katanya.

Pada tahun-tahun pertama, ia  merasa sangat sulit dan terisolasi.

“Saya belajar sendiri dari internet. Aku tidak makan daging babi dan alkohol. Kemudian, saya juga mencoba berpuasa di bulan Ramadhan, meskipun sebagian besar gagal.”

Sampai suatu hari, ia bertemu dengan seorang laki-laki luar biasa di Kairo dalam sebuah hubungan kerja. Pada akhir perjalanan, pria itu memintanya untuk menikah dengan Taylor.

“Dia kemudian datang meminta izin pada ayah saya untuk mengajak saya menikah. Hal ini cukup sulit bagi orang tua saya yang terlanjur memiliki persepsi buruk tentang Islam. Mereka berpikir tentang perlakuan Islam pada kaum perempuan,” katanya.

Mereka memiliki selera humor yang sama dan akhirnya pernikahan mereka dilaksanakan secara sederhana di Kairo.

“Perjalanan hidup saya tidak sepenuhnya mudah, tetapi lebih mudah dalam beberapa hal. Saya berharap orang tahu dan memahami betapa damainya Islam, bukannya membuat gambaran buruk tentang Islam. Islam adalah berkah yang membawa perdamaian dan kedamaian,” harap Taylor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement