Sabtu 02 May 2015 12:00 WIB

Ibrahim Karlsson, Dari Fotografer Ateis Menjadi Muslim yang Logis (2-habis)

Ibrahim Karlsson
Foto: Facebook
Ibrahim Karlsson

REPUBLIKA.CO.ID, Di masa itu, Karlsson membeli paket internet Microsoft Network (MSN) dan membuat akun chatting. Ia pun berpartisipasi dalam grup chatting  Islam BBS.

Pertemanannya yang paling berkesan adalah dengan seorang perempuan Amerika bernama Shahida. Gadis ini ternyata juga tengah berproses dalam pencarian keimanannya dalam Islam. Karlsson dan Shahida pun larut dalam surat-surat elektronik berisi diskusi panjang tentang Islam.

Sosok Shahida, dinilainya sangat membantunya dalam memahami pemikiran Islam. Berkat kesabaran bimbingan Shahida, Karlsson merasa lebih cepat merasakan kebenaran dalam ajaran agama Islam.

Hidayah itu ternyata datang pada Karlsson sepulangnya dari kantor. Sembari menikmati pemandangan matahari terbenam di sepanjang jalan, benaknya berpikir bahwa fenomena alam seperti itu pastilah ada yang mengatur. Bukan sekadar proses fisika dan kimia yang terjadi di tengah alam.

 

Untuk kedua kalinya, benak Karlsson seakan disadarkan kembali saat ia bangun tidur di pagi harinya. Ia merasakan, tidaklah mungkin ia tersadarkan sendiri setiap pagi hari dari tidur panjangnya tanpa ada yang mengaturnya.

“Akhirnya setelah 25 tahun hidup, baru kali ini aku tak bisa menolak lagi keberadaan Tuhan dalam hidupku,” tegas Karlsson dilansir islamstory.com.

Ia pun memutuskan pergi ke Amerika Serikat untuk memantapkan hatinya dengan menemui sahabat penanya, Shahida di New York. Niatannya untuk mencurahkan segala perasaan gundah dan ragu tentang peristiwa-peristiwa yang dialaminya.

Setelah beberapa pekan di AS, Karlsson pun menguatkan hati dan mentalnya bertemu komunitas Muslim di Swedia.

“Dengan kaki gemetar saya masuk masjid yang selama ini selalu tidak aku acuhkan karena aku tak berani berhenti di depannya dan tak berani mengunjunginya,” ungkapnya.

Ternyata, kegugupannya pupus karena bertemu komunitas yang dinilainya sangat ramah dan membuatnya langsung nyaman. Karlsson pun diberi beberapa buku materi tentang Islam dan membuat janji untuk datang menemui beberapa rumah kenalan barunya tadi.

Dalam pertemuan berikutnya, segala pertanyaan Karlsson tentang dunia dijawab dengan logis oleh anggota komunitas Muslim Swedia tadi. Meski kalimat syahadat belum diucapkannya, Karlsson mulai belajar shalat fardhu dan mengikuti shalat Jumat.

“Meski saya tidak tahu arti kalimat dari imam saat memimpin shalat, saya bisa nyaman bersama sekitar 200 orang yang sama-sama shalat,” katanya.

Karlsson mengakui, puncak keyakinannya terbentuk saat membaca sebuah cerita tentang seorang perempuan Inggris yang mengalami proses yang sama dengan dirinya dalam artikel berjudul "Twelve Hours".

Libur musim panas di Swedia membuat niatannya makin membara untuk menjadi seorang Muslim.  Karlsson pun mengucapkan kalimat syahadatnya.

Setelah itu, ia memberitahukan statusnya pada seluruh keluarga dan kerabatnya. Rata-rata mereka kaget, namun tak ada yang mendebatnya.

“Tentu saja mereka tidak bakal mengerti hal-hal yang wajib saya lakukan sebagai Muslim, seperti shalat lima waktu atau tak makan babi. Mereka masih berpikir, ritual yang saya lakukan adalah sebuah budaya dari luar yang akan pupus seiring waktu. Tapi, saya akan buktikan itu tak akan terjadi karena mereka salah. Insya Allah!”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement