Jumat 01 May 2015 09:06 WIB

Gairah Hidup Hilang, Lacey Tourney pun Menjadi Mualaf (2)

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Indah Wulandari
Lacey Tourney
Foto: thealbatross
Lacey Tourney

REPUBLIKA.CO.ID,TORONTO -- Sembari terus melanjutkan penelitian tentang Islam, Tourney merasa hidayah Allah semakin menjalari pikiran dan hatinya. Keinginan untuk menjadi seorang muslimah pun mulai terlintas di benak perempuan itu.

Proses perenungan yang mendalam mengantarkan Tourney kepada puncak pencarian spiritualnya. Pada 2010, Tourney akhirnya membuat keputusan paling penting dalam hidupnya.

“Ketika itu, aku tengah sendirian di kamar. Setelah memantapkan hati, malamnya aku mengucapkan dua kalimat syahadat. Ada kebahagiaan luar biasa yang aku rasakan selepas itu,” kenangnya.

Sejak menjadi mualaf,  Tourney mengaku merasakan perubahan besar dalam hidupnya. Mulai dari melaksanakan shalat lima waktu, hingga menjalani ibadah Ramadhan. Perubahan itu juga dia rasakan ketika terlibat dalam berbagai kegiatan sosial yang diadakan oleh komunitas Muslim di kotanya.

Pada Desember 2012, Tourney memutuskan untuk mengenakan jilbab agar benar-benar menjadi muslimah yang taat dalam arti seutuhnya.

“Aku ingin segalanya dilakukan secara bertahap. Karena perubahan gaya hidup jelas akan memengaruhi seseorang dalam menjalankan aktivitas sehari-hari,” tuturnya.

Salah satu teman dekat Tourney, Debra Schubert—yang menjadi mualaf sejak 2002 lalu—menuturkan, keputusan Tourney mengenakan jilbab  sekaligus menandakan bahwa sahabatnya itu betul-betul ingin menyempurnakan iman yang dia miliki.

Menurut Schubert, ada beragam alasan yang mendorong seseorang menjadi mualaf. Bagi Tourney sendiri, kata dia, menjadi seorang Muslimah bukan semata-mata soal kepuasan rohani, melainkan juga menyangkut urusan kesehatan jasmani.

“Mengamalkan ajaran Islam dengan benar, dapat membuat hidup seseorang menjadi lebih sehat. Di samping itu, agama ini juga memiliki nilai-nilai yang sangat luhur terhadap kemanusiaan,” kata Schubert.

Nilai-nilai luhur tersebut, kata Schubert lagi, antara lain dapat ditemukan pada lima rukun Islam. Mulai dari mengucapkan dua kalimat syahadat, melaksanakan shalat fardhu lima waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, menunaikan haji ke Makkah, dan membayar zakat.

Seperti puasa Ramadhan, misalnya, yang menurut Schubert berfungsi sebagai sarana untuk memurnikan pikiran dan jiwa seseorang. Dengan berpuasa, kaum Muslimin dilatih untuk memahami arti dari rasa syukur.

“Di belahan dunia lain, banyak orang yang kurang beruntung karena tidak dapat menikmati hidangan yang mewah selama Ramadhan. Karena itu, sebagai Muslim, kita juga dituntut untuk meningkatkan rasa kepedulian terhadap sesama,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement