Senin 02 Mar 2015 20:00 WIB

Bila Pencinta Alkitab Jatuh Hati pada Islam

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Indah Wulandari
Lori Ferry Zouiten
Foto: Twitter
Lori Ferry Zouiten

REPUBLIKA.CO.ID, MASSACHUSETTS -- "Bagaimana perasaan Ibu jika seandainya aku pindah ke agama lain?”

Pertanyaan itu pernah diungkapkan Lori Ferry Zouiten kepada ibunya bertahun-tahun yang silam.

Ketika itu, sang ibu hanya menjawab bahwa selama agama yang dijalankannya masih sejalan dengan iman Kristiani, maka tidak ada yang perlu dipersoalkan.

Sejak kecil, Lori selalu dididik untuk mencintai gereja. Hingga menginjak usia dewasa, tidak pernah ada niat dalam hatinya untuk berpindah keyakinan. Namun, entah mengapa, pertanyaan semacam itu tiba-tiba saja melintas di dalam benaknya—yang saat itu masih berumur 16 tahun.

“Di kemudian hari, saya baru menyadari bahwa pertanyaan itu merupakan sebuah firasat terhadap peristiwa penting yang saya alami pada tahun-tahun sesudahnya,” ujar perempuan asal Amerika itu membuka kisahnya, seperti dikutip I Found Islam.

Lori dibaptis dan dibesarkan sebagai seorang Nasrani. Meskipun demikian, keluarganya tidak beribadah di gereja yang sama setiap pekannya. Lori dan saudara perempuannya memilih bergabung dengan jemaat Gereja Methodist.

Sementara, ayah, ibu, dan saudara laki-lakinya pergi ke Gereja Katolik.“Kami semua mengikuti kebaktian setiap hari Minggu. Sewaktu masih muda, saya sangat aktif dalam program-program di gereja, seperti paduan suara, kelompok remaja, sekolah Minggu, dan membaca Bibel selama kebaktian,” tuturnya.

Saat berumur 18 tahun, Lori meninggalkan kampung halamannya yang berada di negara bagian Wisconsin. Dia pindah ke Longmeadow, Massachusetts, untuk bekerja sebagai perawat pribadi pada Keluarga Nuger yang beragama Yahudi.

“Tugas saya adalah merawat anak mereka yang mengidap cerebral palsy sejak lahir. Yakni, semacam gangguan yang memengaruhi sejumlah fungsi otak dan sistem saraf, seperti kemampuan untuk bergerak, belajar, mendengar, melihat, dan berpikir,” tuturnya.

Selama bergaul dengan Keluarga Nuger, Lori kerap mengamati aktivitas keagamaan mereka. Menurutnya, keluarga itu tidak terlalu religius dalam kesehariannya.

Walaupun begitu, mereka tetap pergi ke sinagog setiap kali merayakan Paskah dan Yom Kippur (hari-hari besar dalam agama Yahudi).Belakangan, Lori juga mengetahui bahwa salah satu menantu Nuger ternyata seorang Kristen yang berpindah agama menjadi Yahudi.

“Ketika itu, saya masih tidak habis pikir, bagaimana seseorang bisa menyangkal keimanan yang sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sebelumnya?” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement