Senin 02 Mar 2015 19:00 WIB

Mantan Pendeta: Naam, I'm Muslim (3-Habis)

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Indah Wulandari
Jerald Dirks dan istri, Debra
Foto: jeralddirks
Jerald Dirks dan istri, Debra

REPUBLIKA.CO.ID, TEXAS -- Pada Maret 1993, Dirks dan istrinya menghabiskan waktu liburan mereka selama lima pekan di Timur Tengah. Kebetulan, pada waktu itu juga bertepatan dengan bulan Ramadhan, sehingga mereka mendapati umat Islam di jazirah Arab itu tengah menjalani ibadah puasa.

“Saya dan Debra pun memutuskan, kami juga akan ikut berpuasa. Saya juga mulai melaksanakan shalat lima waktu bersama teman-teman Muslim lainnya selama berada di Timur Tengah,” ungkapnya. 

Pengalaman tersebut menjadi kenangan unik bagi Dirks. Pasalnya, saat itu dia masih Kristen. Tambahan lagi, dia juga lulusan dari sekolah seminari bergengsi di Amerika. Dirks bahkan juga ditahbiskan sebagai pendeta dalam denominasi Protestan (Methodist) yang besar di negaranya itu.

“Akan tetapi, saya tidak percaya pada ketuhanan tritunggal dan keilahian Yesus. Jadi, ada semacam pergulatan intelektual ketika saya mempraktikkan ajaran Islam, sedangkan pada saat yang sama saya belum lagi menjadi seorang Muslim,” tuturnya.

Menjelang akhir liburannya yang panjang, Dirks dan Debra singgah ke Kota Amman, Yordania. Saat keduanya tengah berjalan-jalan di salah satu kawasan di kota itu, seorang pria tua dari arah yang berlawanan menyapa pasangan suami istri tersebut dengan ucapan salam.

“Assalamualaikum.”Orang asing itu lantas menatap Dirks dan menanyakan apakah dia seorang Muslim. Mendapat pertanyaan seperti itu, Dirks hanya memiliki dua pilhan jawaban, na’am (ya) atau laa (tidak).

“Alhamdulillah, saya akhirnya menjawab, na’am. Istri saya yang ketika itu masih berumur 33 tahun, juga menjadi seorang Muslimah pada waktu yang sama,” ujar mantan pendeta itu lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement