Rabu 24 Dec 2014 09:01 WIB

Hendri Tyas Waluyo: Islam Tunjukkan Cara Terbaik Memuliakan Tuhan

Mualaf (Ilustrasi)
Foto: Arabnews.com
Mualaf (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG --  Beranjak dari berbagai pertanyaan inilah hatiku mengalami ketidakpuasan dalam beribadah. Aku mulai mengingat pembelajaran akan Islam yang mengajarkan doa dengan adab dan tata cara yang baik yang dapat menghindarkan diri dari berbuat maksiat.

Dari buku yang ku baca, Islam mengajarkan tata cara beribadah dengan baik. Dalam ibadahnya, umat Muslim ketika melakukan ibadah yang utama seperti salat, tidak pernah terlihat ada yang bermain handphone. Ini disebabkan jika seorang Muslim bermain handphone ketika ia sedang shalat, maka batal-lah shalatnya.

Jelas sekali perbedaannya, jika dalam kebaktian khususnya saat menyanyikan lagu-lagu kerohanian, tidak jarang banyak jemaah yang sibuk dengan handphone mereka. Tidak ada yang membuka aurat, karena itu juga akan mengakibatkan shalat mereka tidak sah. Bahkan bila sedikit pun sudah pasti tidak akan sah shalatnya, baik laki-laki maupun perempuan.

Barisan antara laki-laki dan perempuan dibedakan ketika melakukan shalat. Laki-laki berada menjadi imam di depan dan berturut barisan berikutnya juga laki-laki sedang kan perempuan berada di barisan setelah laki-laki. Sungguh inilah ibadah yang sebenarnya. Menghormati Tuhan karena Tuhan adalah pemilik semesta alam ini. Jadi, cara beribadah seorang hamba harus benar-benar menunjukkan kemuliaan terhadap sang penciptanya.

Sejak saat itu, tiap kali aku berangkat ke gereja dalam hati kecilku selalu terjadi peperangan batin, apalagi ketika aku berdoa di depan patung Bunda Maria, hati ini menjadi sangat bimbang karena yakin bahwa patung tersebut hanya buatan manusia walau ada alasan bahwa patung tersebut adalah sebuah mediator untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Seiring waktu berjalan, kegundahanku dalam beragama mulai meningkat. Aku pun sedikit demi sedikit mulai meninggalkan tata cara beribadah agama Katolik. Doa yang aku panjatkan hanya doa Bapa karena isi doanya tidak menyekutukan Tuhan meski ada tanda tanya besar dalam hatiku, khusunya pada kalimat Bapa. Sedangkan doa yang lain mulai aku abaikan karena bertentangan dengan sifat Tuhan Yang Maha Esa atau Tunggal. Aku juga mulai meninggalkan tanda salib yang biasa dipajang di rumah atau dikenakan di leher oleh umat Kristen.

Entah apa yang terjadi pada diriku, seakan aku mendapat hidayah Allah. Aku yang dahulu mementingkan dan memikirkan berbagai kegiatan gereja perlahan mulai melupakannya. Ini ditambah dengan aktifitas kerjaku yang aku lakukan sehari-hari demi memenuhi kebutuhan hidupku. Seakan berbanding lurus, kegiatan ibadah ke gereja yang dahulu selalu aku ikuti mulai surut karena ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri yang pernah aku tujukan kepada gereja tidak terjawab.

Jika ada jawaban yang diberikan, jawaban tersebut tidaklah memberi kepuasan dalam batinku. Sebaliknya, jawaban-jawaban yang diberikan sangat bertentangan dengan apa yang selama ini aku lihat, khususnya ketika membandingkan antara cara ibadah umat Kristen dengan cara beribadah umat Muslim. Meskipun keraguan dalam diriku telah berada di puncak, namun pada waktu itu aku masih belum mengkikrarkan kalimat syahadat. Walau ada keyakinan suatu saat aku ingin memeluk Islam.

Tahun telah berganti, tibalah pada awal tahun 2011. Di tahun inilah aku merasakan kegundahan hati yang sangat luar biasa. Apalagi ketika melihat kepribadian orang-orang Katolik di tempat kerjaku yang jauh dari sikap yang diajarkan oleh gereja. Karena berada pada lingkungan yang menurutku tidak baik ini, aku pun mulai memberanikan diri untuk keluar dari tempat kerja.

Aku tidak sedih dan tetap tegar, tidak ada tanda-tanda kehilangan sesuatu yang berarti bagiku. Dalam benakku, aku selalu berpikir bahwa aku adalah orang yang paling beruntung di dunia. Oleh sebab itu tidak ada yang harus disesali. Setelah keluar dari pekerjaan, aku lebih banyak mengisi waktu untuk berkomunikasi dengan teman sebaya ataupun tetangga di lingkungan sekitar tempat tinggalku.

Kami banyak berbicara tentang kehidupan dengan segala polemiknya, disertai dengan gelak tawa dan suara yang tidak terkontrol, hingga ada tetangga yang menegurku tentang agama. Aku yang sudah lama ingin memeluk Islam seperti disadarkan oleh sesuatu yang penuh dengan nilai-nilai kebenaran yang aku yakini.

Akhirnya ada seorang teman yang mengajak untuk berikrar masuk Islam, dan kebetulan temanku tersebut sedang belajar dengan seorang ustadz. Tanpa berpikir panjang aku mengiyakan ajakan temanku. Malam hari sesudah Isya, aku dibawa temanku ke tempat ustadz tersebut. Beliau pun menyambut dengan baik dan kemudian memperkenalkan diri dengan nama ustadz samsul.

Pukul 19.30 WIB. disaksikan bapak ketua RT setempat, temanku dan ustadz Samsul, aku bersaksi dan mengucap kalimat syahadat;

Asyhadu anlaa ilaha ila Allah wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah.

Alhamdulillah, sejak saat itu aku resmi menjadi pribadi Muslim. Kemudian oleh ustadz tersebut aku diwajibkan untuk mandi. Tepat pukul 21.00 WIB. aku kemudian mandi dan  mulai belajar tata cara melakukan salat, berikut dengan bacaanya. Setelah berganti hari aku baru mandi lagi sore hari menjelang maghrib.

Ada hal yang membuatku pada waktu itu bertanya-tanya, kenapa kaos dalam yang ku pakai dari tadi malam berlanjut ke sore hari tidak tercium bau sama sekali? Entah itu bau keringat atau bau parfum yang ku kenakan. Sebaliknya, kaos yang ku kenakan seperti baru dan tidak berbau keringat sama sekali. Aku yang pada waktu itu baru menjadi mualaf tidak berani untuk berpikir macam-macam, tetapi sekedar ingin memberitahukan kepada pembaca itu adalah sebuah peristiwa nyata yang ku alami.

Sebagai penutup dari cerita ini, aku secara pribadi berterima kasih kepada Allah yang telah menunjukkan jalan-Nya dengan penuh kebaikan dan kelembutan. Serta teman-teman yang telah membantuku dalam menemukan kebenaran ini. Sungguh sangat luar biasa nikmat dan karunia yang Allah berikan kepadaku, melalui orang-orang terdekatku.

Semoga Allah Swt. membalas apa yang telah kalian berikan kepadaku, sehingga aku dapat mengenal Islam dengan baik. Amin yaa rabbal alamin.

sumber : Pesantren Mualaf Annaba Center
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement