Ahad 23 Nov 2014 16:38 WIB

Muhammad: Jika Saya Menyembah Pria, Saya Seharusnya Sembah Adam

Mualaf (ilustrasi).
Foto: Onislam.net
Mualaf (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Muhammad dibesarkan di sebuah keluarga Yahudi Kelas Menengah di New York. Namun, tidak ada lagi tradisi Yahudi yang diterapkan melaikan orientasi zionis.

Tak heran, ketika Muhammad menginjakan kaki di dunia perkuliahan, ia selalu berdepat dengan dosen dan pakar agama. Semua agama ia debat, namun ia tidak tahu ada satu agama yang belum ia hadapi, yakni Islam.

Awalnya, Muhammad berpikir Islam semacam hukuman, karena memiliki aturan ketat yang harus dipatuhi penganutnya. Memang ada beberapa poin dari ajaran Islam yang mirip dengan Yahudi. Seperti misalnya, setiap Muslim tidak mengkonsumsi babi dan alkohol serta dilarang menjalankan seks di luar nikah.

"Dalam Islam tidak ada hirarki. Tidak ada imamat. Tidak ada perantara. Justru dalam Islam, Allah atau Tuhan menampakan diri-Nya," kata dia.

Kemudian, pada satu waktu, Muhammad didatangi seorang mahasiswa Kristen. "Dia tanya, mengapa saya tidak menyembah Yesus. Saya katakan, jika saya menyembah pria (Yesus), seharusnya saya menyembah Adam juga," kata dia.

Sejak itu, Muhammad melihat Islam merupakan tuntunan yang sempura. Namun, ia masih belum menerima kebenaran Islam. "Selalu saja ada alasan," kata dia.

Situasi itu berubah ketika ia melihat ada pemuda yang kesulitan mencari masjid. Ia terdiam dan merenung. Selanjutnya, muncul niatan kuat untuk mendatangi masjid. "Alhamdulillah, alasan-alasan itu hilang," kata dia.

Kemudian, Muhammad membantu pria itu mendatangi masjid. Muhammad ajarkan pria itu bagaimana cara shalat dan berwudhu. Namun, saat pria itu mengucapkan syahadat. Tapi tidak dengan Muhammad. Bersambung..

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement