Ahad 05 Oct 2014 20:11 WIB

Ismail Le Hollande Heran Islam Dicap Negatif Oleh Media Barat

Mualaf (ilustrasi)
Foto: Onislam.net
Mualaf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Cerita Ismail Le Hollande memeluk Islam dimulai sejak dua tahun lalu. Saat itu, ia mulai tertarik dengan agama. “Saya pikir sudah saatnya mencari kebenaran,” ucap dia seperti dilansir onislam.net, Ahad (5/10).

Keluarga Ismail sejatinya sangat religius. Ibunya telah mempelajari teologi sejak lama. Namun, Ismail memilih politik hal yang diyakininya lebih konkret ketimbang agama.

Seperti kebanyakan remaja barat, mengkonsumsi alkohol, pesta, seks bebas dan lainnya dilakukan Ismail. Hanya sedikit waktu bagi Ismail menuangkan ketertarikannya mempelajari agama. “Saya mulai membaca Alkitab, pergi gereja dan hal lain yang dilakukan orang Kristen,” kenangnya.

Suatu hari, Ismail berlibur di Italia. Ini diyakini Ismail bakal memperkuat niatnya untuk mendalami ajaran Kristen. Awalnya, Ismail sudah membayangkan apa yang bakal ia lakukan di Italia. Namun, niatnya meleset.  “Saya tidak bisa merasakan agama ini diturunkan Allah,” kenang dia.

Sejak membaca Alkitab, Ismail menemukan banyak hal janggal di Alkitab. Mulailah muncul ketertarikan untuk membuka lebih luas lagi apa yang keliru dalam Alkitab. “Kemudian saya baca buku Sheikh Ahmed Deedat. Beliau menyatakan Alkitab bukanlah firman Allah yang utuh,” kata dia.

Banyak pertanyaan selanjutnya mengemukan dalam pikirannya. Ini yang kemudian membawa Ismail pada Islam. Saat itu, Islam menjadi pembicaraan banyak orang di Belanda dan Barat. “Inilah yang menarik bagi saya. Mengapa Islam menjadi banyak pembicaraan media barat,” ucapnya.

Ismail baca literatur Islam dan Alquran. Saat membacanya, ia menemukan sosok Rasulullah. Ismail pun kagum dengan kepribadian dan kepimpinan Rasulullah. “Saya semakin kagum dengan Islam. Mengapa, agama ini menjawab setiap pertanyaan tentang kehidupan,” ucap dia.

Seperti misal, kata dia, setiap Muslim tidak perlu mengkhawatirkan hal kecil dalam hidup. Ini karena, hidup di dunia sifatnya sementara. Setiap Muslim justru harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan yang kekal.

 

Pada tahapan ini, Ismail mulai pada satu titik keyakinan. Mulailah ia bertanya kepada setiap mualaf yang ia temui untuk menjawab pertanyaannya tentang Islam dan Muslim. Ismailpun semakin yakin.

Mulailah Ismail bercerita kepada keluarganya soal minatnya terhadap Islam. Ibunya marah besar. Namun, itu tidak mengurangi niatnya untuk bersyahadat.  “Akhirnya, waktu itu tiba. Saya bersyahadat,” ucap dia.

Perlahan tapi pasti, Ismail mulai menunjukan komitmenya menjadi Muslim. Ia laksanakan shalat lima waktu. Namun, ia masih mengomsumsi babi dan alkohol, hal yang sulit ia hindari waktu itu. Tak lama, ia tak lagi makan daging babi apalagi konsumsi minuman keras. Sayang, perubahan ini justru tidak disukai keluarganya. 

“Kadang saya merasa itu menjadi ujian. Keinginan besar saya masuk surga membuatku kuat,” kata dia. 

“Semoga Allah mengampuni saya untuk kesalahan yang saya buat. Segala sesuatu yang baik datang dari Allah, dan segala sesuatu yang buruk dari diriku sendiri dan setan,” kata dia yang juga mendoakan kepada siapapun yang tengah mencari kebenaran diberikan kemudahan oleh Allah SWT.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement