Selasa 23 Sep 2014 17:32 WIB

Aaminah Hernandez: Pemahamanku Soal Islam Dipengaruhi Revolusi Iran dan Konflik Gaza

Mualaf (ilustrasi)
Foto: Courtesy Onislam.net
Mualaf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Pemahaman Aaminah Hernandez tentang Islam tak lepas dari Revolusi Iran dan konflik Palestina. Penggambaran yang ia dapat, terbatas pada pelecehan terhadap Muslimah.

"Sungguh menakutkan melihat wajah perempuan ditutupi pada era Madonna dan Cyndi Lauper," kenang dia seperti dilansir onislam.net, Selasa (23/9). Intinya, lanjut dia, pemahaman tentang Islam dan Muslim cenderung negatif.

Namun, ada satu hal yang luput dari pemahamannya, bahwa Islam dipeluk negara di luar Arab. "Saya tidak menyadari ada orang lain di luar masyarakat Timur Tengah yang memeluk Islam. Juga, saya tidak menyadari bahwa tidak semua Arab itu Muslim," ucap dia.

Suatu hari, Aaminah membaca otobigrafi Malcom X. Memang, bacaan itu belum menuntunya pada Islam. Namun, sejak itu, ia tak lagi menolak konsumsi babi. Perubahan ini tidak disadarinya.

Selama bertahun-tahun, Aaminah tidak merasa bahagia. Ia dilecehkan, dianiaya dan hidup dalam lingkungan yang keras. Iapun mengonsumsi narkoba, dan berpesta minuman keras. "Jujur saya menderita depresi," kata dia.

Ada satu waktu yang membuat terkejut, adiknya yang dahulu terlibat narkoba telah menjadi pribadi yang berubah. Adiknya lalu memberitahu Aaminah, bahwa ia kini menjaid nsoerang Muslim. "Jujur saya terkesan dengan perubahan kepribadian dan sopan santun kakak saya," ucapnya.

Sebelumnya, kata Aaminah, adiknya telah didiagnosis skizofrenia, termasuk halusinasi, depresi aku tapi sejak mnejadi Muslim ia tidak menunjukkan gejala dan tidak membutuhkan pengobatan.

"Adikku telah menjadi pria yang lemah lembuh, ia tampak lebih gagah. Setiap kali bertemu, ia ajak saya berdiskusi tentang Islam. Waktu itu, saya belum tertarik," kata dia.

Seperti biasa, kehidupan Aaminah belum membaik. Mulai muncul keinginan dari dirinya untuk hidup lebih baik. Suatu hari, adik Aaminah mengajak temannya yang Muslim ke rumahnya. Ini kali pertama, Aaminah bertemu Muslim di luar adiknya.

"Saat saya bertemu dengannya, saya seperti malu," kata dia.

Kehidupan Aaminah masih belum membaik. Situasi kian runyam, ketika ia diusir oleh suaminya. Lantaran diusir, Aaminah memutuskan menetap di rumah adiknya. Saat itu, Aaminah berkeluh kesah di gereja. "Gereja tidak menawarkan apapun kecuali membuat saya sinis," kata dia.

Selama berada di rumah adiknya, Aaminah kerap mendengar adzan. "Inilah yang membuat saya yakin untuk menjadi Muslim," kata dia.

Sebagai mualaf, Aaminah perlu beradaptasi dengan identitas barunya. Beruntung, Aaminah banyak dibantu oleh adiknya. Ia diajari, wudhu, shalat, dan zikir.

Alhamdulillah, Aaminah mendapatkan pekerjaan yang memungkinkannya mengakses internet. Ia baca informasi tentang Islam dan Muslim, termasuk masalah hijab. Di dunia maya, Aaminah membuat jaringan komunikasi dengan Muslimah yang lain.

"Seperti Muslimah lain, iman saya kerap naik turun. Tapi teman-teman saya yang Muslim membantu saya untuk berubah," kata dia.

"Saya selalu berrdoa, agar menjalani hidup lebih baik setiap harinya. Dan bisa mendorong orang lain untuk lebih baik dari dirinya," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement