Kamis 13 Sep 2012 23:59 WIB

Lucy Bushill-Matthews, Menemukan Damai dalam Islam (4)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Lucy Bushill-Matthews.
Foto: emel.com
Lucy Bushill-Matthews.

REPUBLIKA.CO.ID, Sementara itu, ayahnya berpikir bahwa apa yang terjadi pada Lucy hanyalah sebuah fase dalam kehidupan putrinya. Hanya sang ibu yang sempat kaget mengetahui anaknya memilih menjadi Muslimah. ''Bagaimana mungkin anaknya menjadi Muslimah?'' Mungkin begitulah bayangan yang ada dalam pikiran ibunya saat itu.

Lucy nyaris bimbang. Di satu sisi, ia tidak ingin menyakiti dan menghancurkan hati ibunya. Apalagi, di Alquran dalam Surah Al-Ahqaf ayat 15 disebutkan bahwa manusia hendaknya senantiasa berbuat baik kepada ibu-bapaknya, ibunya telah mengandungnya selama sembilan bulan, dan melahirkannya dengan susah payah.

Namun, apa hendak dikata, Lucy tetap mantap memilih Islam sebagai agama barunya. Dan, ia tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tuanya, termasuk ibu yang sangat dicintainya.

Baginya, ibu adalah orang yang wajib dikasihi. Namun, ia juga sudah jatuh cinta dengan Islam. Dan Islam mengajarkan untuk senantiasa mengajarkan pemeluknya menghormati kedua orang tua, kendati mereka berbeda agama.

Hari-hari yang Penuh Tantangan

Sebagai mualaf, Lucy sangat serius menekuni ajaran Islam. Dia belajar shalat, mengenakan kerudung (jilbab), dan meninggalkan semua hal yang tidak diperbolehkan (dilarang) dalam ajaran Islam.

Seperti, tidak mengonsumsi daging babi, minuman beralkohol, dan menghindarkan diri berduaan dengan yang bukan muhrimnya.

Kebiasaan yang tak umum ini, awalnya sangat sulit ia lakukan. Pasalnya, hal itu sudah merupakan kebiasaan sehari-hari.

Bahkan, menurut adat istiadat dan budaya Barat, kebiasaan mengonsumsi minuman keras dan makan daging babi adalah sesuatu yang biasa saja. Lucy pun harus berhadapan dengan kebiasaan yang tak lazim ini di tengah kehidupannya sehari-hari.

Seperti, ketika ia memutuskan untuk menikah dengan Julian, di usianya yang masih terbilang muda, 19 tahun. Sebagaimana layaknya setiap pesta dalam kultur Barat yang wajib ada alkohol, tapi kini harus dihindari. Begitu juga, dengan makanan yang tersedia hanya yang terbuat dari bahan-bahan yang halal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement