Senin 16 Jul 2012 21:15 WIB

Gerda: Islam Membuatku Bahagia (1)

Rep: Agung Sasongko/ Red: Karta Raharja Ucu
Mualaf (ilustrasi).
Foto: al-habib.info
Mualaf (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerda lahir di negara bekas Uni Soviet, Lithuania. Mayoritas penduduknya merupakan pemeluk Kristen. Gerda pun besar dalam keluarga Kristen yang taat. Namun, ia menolak disebut penganut yang taat, karena ia jarang berdoa di Gereja.

"Aku selalu bertanya kepada orang tua mengapa mereka membaptisku, tanpa bertanya padaku apakah aku ingin menjadi seorang Kristen atau tidak," kenang dia.

Gerda merasa tak bisa menjadi Kristen yang baik. Ia mengalami kesulitan memahami esensi dari agama Kristen. Meski ia minta bantuan seorang pendeta berikut dengan banyak membaca literatur tentang Kristen. Hal itu tidak menolong, ia tetap saja kesulitan menyebut dirinya seorang Kristen.

Bagi Gerda, hidup tanpa bimbingan Tuhan yang Maha Esa merupakan hal yang menyeramkan. Karenanya, di tengah pencarian jati diri, ia selalu percaya ada sosok yang mengawasinya. Ia merasa dekat tapi tidak tahu dimana sosok yang mengawasinya itu.

"Aku percaya, Tuhan begitu baik padanya. Ia tahu apa yang terbaik bagi diriku. Aku selalu mencoba untuk memahami apa yang ia sampaikan padaku," ucapnya.

Gerda bungsu dari dua bersaudara. Proses kelahirannya tidak selancar sang kakak. Beruntung, Tuhan menyelamatkan hidupnya. "Sejak itu, aku mulai menghargai hidupnya. Aku merasa rapuh dengan kehidupan manusia. Sebab, hanya Tuhan yang tahu berapa lama saya akan hidup," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement