Jumat 10 Feb 2012 23:05 WIB

Jeff Perkins: Hidayah Itu Datang Melalui Lagu (Bag 4-habis)

Rep: Devi Anggraini/ Red: Heri Ruslan
Jeff Perkins
Foto: blogspot
Jeff Perkins

REPUBLIKA.CO.ID, Jeff tinggal bersama istrinya di sebuah rumah tua, sebuah desa kecil yang tenang di Prancis bagian Selatan. Wilayah itu dipilih Jeff enam tahun lalu karena memudahkan ia dan istrinya menjangkau tempat kerja. Setelah pensiun pada 2008, Jeff bekerja di Jollity Farm, sebuah perkebunan di wilayah selatan California.

Hanya saja, Jeff merasa ketenangan itu tak lengkap karena sikap masyarakat sekitarnya yang kurang menerima Islam. Kondisi itu, kata Jeff, membuat mereka merasa terisolir. Beberapa teman dari Inggris yang dulu sering mengajak mereka ke gereja, misalnya,  tak mau menemuinya lagi sejak ia dan Debbie menjadi Muslim.

"Itu menyakitkan, dan kami merasa sendirian. Tapi kemudian kami membuang perasaan itu, karena kami hanyalah dua dari jutaan Muslim di seluruh dunia. Kami tahu kami tidak sendiri," paparnya.

Untuk alasan itu, Jeff menganjurkan istrinya mengenakan hijab hanya saat ia berada di luar wilayah tempat tinggal mereka. "Aku sangat berhati-hati dengan perasaan dan pandangan sejumlah orang Prancis pada Muslim. Di sini, Muslim adalah penduduk kelas dua," ujar Debbie menimpali cerita Jeff.

Di luar Prancis pun, kata Jeff, ia dan Debbie selalu betindak hati-hati. Bahkan, saat berada di negara kelahiran mereka, Inggris, Debbie pernah mendapat ucapan yang tidak menyenangkan saat keluar mengenakan hijab. Sejak itu mereka memilih menghindari konflik yang bisa timbul dari stigma negatif masyarakat terhadap atribut keislaman.

“Kami berupaya menunjukkan identitas keislaman kami dari sikap dan perbuatan, dari cara kami memperlakukan sesama. Itu akan menjelaskan banyak hal pada mereka tentang Islam,” ujar Jeff.

Permasalahan Jeff tak berhenti di situ. Dari rumahnya, masjid terdekat hanya bisa dijangkau dengan dua jam perjalanan menggunakan mobil. Sehingga ia memiliki sedikit kesempatan bersosialisasi dengan Muslim lainnya. Persoalan itu menjadi lebih rumit karena Jeff dan istrinya tak mengerti bahasa Prancis. Akibatnya, Jeff mengaku tidak mengerti 99 persen isi khutbah yang didengarkannya setiap Jumat.

Jeff pun berpikir keislaman mereka tidak akan berkembang dengan mendiamkan keadaan itu. Ia mulai membangun semacam komunitas Islam online, salah satunya dengan memanfaatkan jejaring sosial Facebook. Melaluinya Jeff bertemu ribuan Muslim dari berbagai belahan dunia, dan berbagi banyak hal di sana. “Dari situ aku sadar, bukan hanya aku yang mengalami hari-hari tidak menyenangkan. Kami belajar bersyukur.”

Ia yakin, dirinya masih memiliki banyak hal menyenangkan. Salah satunya adalah sikap keluarganya yang menerima dan mendukung pilihannya. Termasuk kedua anak laki-laki hasil pernikahan terdahulunya. “Mereka banyak bertanya tentang Islam, sangat menyayangi Debbie dan menjaganya seperti ibu mereka sendiri. Aku berharap mereka akan memperoleh hidayah suatu saat,” ujar mantan petugas kepolisian London ini.

Jeff menambahkan, di atas semua itu, kesyukuran terbesarnya selain menjadi Muslim adalah keislaman istrinya. “Semua akan jauh lebih sulit jika Debbie belum memeluk Islam. Kebersamaan kami menjadikan kami lebih kuat,” katanya menutup perbincangan. (habis)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement