Selasa 19 Sep 2017 21:06 WIB

Ini Dia Kiat Jualan Baju Muslim di Eropa dan Timur Tengah

Rep: Christiyaningsih/ Red: Endro Yuwanto
 Pengunjung memilih busana muslim di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (5/6).
Foto: Republika / Darmawan
Pengunjung memilih busana muslim di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (5/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semakin hari semakin banyak desainer Indonesia yang memperkenalkan rancangan baju-baju Muslim. Dua dekade silam, fesyen jilbab tak pernah dilirik namun kini aneka busana Muslim berbagai merek dengan desain yang modis sangat mudah ditemui.

Bangkitnya fesyen Muslim tak hanya ditandai dengan banyaknya desainer dan model Muslim yang bermunculan. Brand-brand ternama pun tak ragu menghadirkan elemen Muslimah dalam produk mereka. Sebut saja Nike yang tahun ini memberi kejutan dengan meluncurkan Pro-Hijab.

Franka Soeria, pegiat fesyen asal Indonesia yang lama bermukim di Turki membeberkan sejumlah kiat agar produk busana Muslim dapat diterima terutama di negara Eropa dan Timur Tengah. "Di Eropa orang-orang suka baju Muslim dengan desain fungsional dan melebur dengan lingkungan," ujarnya, Selasa (19/9).

Franka, yang sudah menjembatani banyak desainer Tanah Air untuk menggelar fashion show di berbagai negara, menyebut desainer Indonesia yang produknya menampilkan warna-warna mencolok sulit laku di Benua Biru. "Menjadi Muslim di Eropa itu minoritas, jadi buyer ingin memakai busana yang tidak menarik perhatian," jelasnya.

Desainer boleh menuai tepuk tangan ketika baju-bajunya dikenakan model di atas catwalk. Namun untuk membeli baju dengan warna ngejreng masyarakat Eropa masih berpikir dua kali.

Lain Eropa lain lagi selera masyarakat Timur Tengah. "Buyer di Maroko dan Tunisia suka pakaian yang ada bling-blingnya alias ada nuansa keemasan," ungkap wanita yang pernah bekerja sebagai relationship manager sebuah e-commerce ini.

Bergeser ke Dubai, Uni Emirat Arab, masyarakat di sana lebih suka busana-busana dengan aksen unik. "Preferensi ini saya peroleh dengan menganalisis data penjualan baju-baju Muslim dan melihat asal negara buyer," kata Franka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement