Kamis 16 Mar 2017 22:18 WIB

Alasan Malaysia Tetap Tolak Film 'Beauty and The Beast'

Masyarakat berjalan di bawah layar besar yang menunjukkan iklan film Beauty and the Beast di Kuala Lumpur, Malaysia.
Foto: AP
Masyarakat berjalan di bawah layar besar yang menunjukkan iklan film Beauty and the Beast di Kuala Lumpur, Malaysia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Malaysia tetap teguh dengan keputusannya melarang pemutaran film Beauty and the Beast di bioskop-bioskop, jika adegan homoseksual tidak disensor saat film Walt Disney itu diluncurkan Kamis (16/3) di seluruh dunia. Dibintangi Emma Watson sebagai Belle muda yang jatuh cinta pada Beast, film ini untuk pertama kalinya dalam sejarah Disney menampilkan karakter homoseksual.

Perusahaan itu menolak untuk menyensor adegan tersebut dan memilih menarik film itu dari bioskop di seluruh negara mayoritas Muslim itu. Homoseksualitas tidak disetujui para pemimpin agama di Malaysia.

"Film ini belum dan tidak akan disensor untuk Malaysia," kata Disney dalam sebuah pernyataan.

Saat ditanya apakah Malaysia akan berubah pikiran terkait permintaan penyensoran adegan, Ketua Badan Sensor Abdul Halim Abdul Hamid mengatakan, "Keputusan masih sama." Dia menambahkan, distributor lokal telah meminta peninjauan keputusan itu dan dewan dijadwalkan bertemu pada Selasa.

Film ini diluncurkan di negara tetangga Malaysia, Singapura, pada Kamis dengan rating "Bimbingan orang tua". Peluncuran di dunia terjadi selama beberapa hari ke depan. Tahun lalu, Singapura menyensor adegan dua aktor laki-laki berciuman dalam Les Miserables sehingga bisa mempertahankan rating untuk "umum" dan mencapai target penonton yang lebih luas.

Kantor Komunikasi Keuskupan Agung Katolik Roma Singapura memperingatkan pemirsa tentang isi Beauty and the Beast. "Dengan laporan media yang luas yang diklaim sebagai 'momen gay' di film ini, kami percaya bahwa orang tua harus membahas dan menjelaskan kepada anak-anak mereka tentang apakah gaya hidup yang digambarkan selaras dengan ajaran Kristus," katanya dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu di Indonesia, yang memiliki penduduk Muslim terbesar di dunia, film tersebut akan tetap tayang pada Jumat dengan klasifikasi usia 13 ke atas dan tanpa sensor. Beberapa kelompok umat Islam di Indonesia telah meluncurkan protes pada pertunjukan hiburan Barat di masa lalu, yang mengarah pada pembatalan misalnya konser bintang pop Lady Gaga pada 2012.

Film dibuka di Cina dan India pada Jumat. Di India, film itu telah diberi rating U/A yang berarti bebas bagi masyarakat tetapi dengan bimbingan untuk anak di bawah 12 tahun. Kemunculan karakter gay di film remake dari versi animasi tahun 1991 itu telah memicu seruan boikot di antara beberapa kelompok ultra-konservatif di seluruh dunia.

Seorang pendeta evangelist Amerika Serikat mengatakan pekan lalu bahwa film itu mencoba untuk mempromosikan agenda LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender) untuk anak-anak.  Lyle Shelton, direktur kelompok konservatif Australia Christian Lobby, mengatakan prihatin dengan laporan adanya konten seksual di film itu, tapi, ia mengatakan, tidak akan memulai kampanye publik untuk menentangnya.

"Ada banyak pertempuran. Ini hanyalah salah satu dari banyak hal dalam budaya kita yang mengabaikan kepolosan anak-anak," katanya kepada Reuters.

Malaysia sebelumnya telah memblokir peluncuran film Hollywood yang dianggap sensitif, misal film The Prince of Egypt, yang menggambarkan Musa dan film Babe, yang menampilkan babi sebagai tokoh utama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement