Selasa 09 Aug 2016 14:10 WIB

Ibtihaj Muhammad Ingin Menggebrak Stereotipe Atlet Berhijab

Atlet anggar AS, Ibtihaj Muhammad.
Foto: Reuters
Atlet anggar AS, Ibtihaj Muhammad.

REPUBLIKA.CO.ID, Di negara yang populasi Muslimnya cuma 1 persen dari total 324 juta penduduk, Ibtihaj Muhammad merasa nyaman dengan keyakinannya.

Padahal prasangka bukan tak pernah mampir pada atlet anggar berhijab yang mewakili AS di Olimpiade Rio 2016. Pada sebuah acara anggar di Texas, dia diminta melepas hijabnya. Sementara April lalu, Ibtihaj pernah disangka akan meledakkan sesuatu oleh seorang pria di jalanan. Ibtihaj dan kerudungnya dipandang sebagai sosok mencurigakan.

Sebagai Muslim Amerika, Ibtihaj pernah juga merasakan nikmatnya. Ia menjadi undangan Gedung Putih saat Festival Idul Fitri. Presiden Barack Obama mengatakan tak ada beban di pundak Ibtihaj meski harus bertanding di Olimpiade mengenakan hijab.

"Hijab ini bagian besar dari saya dan sangat membantu relasi saya dengan Tuhan dan spritualitas saya," katanya. "Ini adalah pilihan pribadi dan hubungan pribadi dengan Tuhan."

Baginya mengenakan hijab adalah pengingat bagi diri, dalam lingkungan yang tidak didominasi Muslim, untuk lebih mengenali agama sendiri. Sedang di olahraga, berhijab adalah bagian dari perjalanannya sebagai atlet. Ibtihaj menyebut mengenakan hijab selalu terasa benar baginya.

Ibtihaj mengatakan, dalam konteks kondisi politik negaranya, merupakan satu gebrakan untuk memiliki atlet Muslim di tim Olimpiade AS. Ia senang bisa menantang stereotipe dan miskonsepsi orang terhadap Muslimah. Ia ingin bisa menunjukkan kalau Muslimah tidak hanya bisa bergabung di tim Olimpiade, namun juga bisa keluar sebagai pemenang.

Ketika ditanya apa yang dilakukannya bila Donald Trump terpilih sebagai presiden dan meminta Muslim pindah dari AS, ia mengatakan tidak tahu. Ibtihaj menjadi sorotan karena menjadi atlet pertama dari AS yang mengenakan hijab dan mengikuti Olimpiade.

Media pun bertanya apakah Ibtihaj bisa dilihat sebagai sosok wanita Muhammad Ali, atlet berkulit hitam dan seorang Muslim. "Jika saya bisa jadi sebagian dari seperti apa yang Muhammad Ali sudah lakukan, sebagai pribadi, atlet, dan orang Amerika, maka saya akan bersyukur dan bahagia," katanya.

Muhammad Ali disebutnya menguatkan niat dan hatinya, bahwa Ibtihaj berutang pada komunitasnya untuk bicara vokal tentang hal-hal yang dirasakannya. "Tapi saya merasa tidak sedetik pun bisa dibandingkan dengan Muhammad Ali," katanya, dikutip dari BBC.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement