Sabtu 20 Jan 2018 05:43 WIB
Azerbeijan Peringati Tragedi '20 Januari 1990'

Dubes Tamerlan Garayev: Kami tak Bisa Lupakan Januari Hitam!

Kami tidak bisa melupakan malam itu. Tentara Sovyet datang menyerbu Baku.

Peristiwa 20 Januari 1990 di Baku.
Foto: no-genocide.com
Peristiwa 20 Januari 1990 di Baku.

REPUBLIKA.CO.ID, Sekitar dua puluh tahun lalu, tepatnya pada malam tanggal 20 Mei 1990, 26.000 tentara Uni Sovyet menyerbu Baku, ibu kota Azerbaijan. Kedatangan tentara itu adalah untuk menghentikan sikap warga negara Azerbeijan yang ingin merdeka.

"Kami tidak bisa melupakan malam itu. Tentara Sovyet datang menyerbu Baku untuk menghentikan keinginan trakyat kami untuk merdeka. Ratusan orang syahid. Ribuan orang terluka. Sovyet berusaha menghentikannya. Akibatnya memang banyak anak-anak dan orang yang menjadi korban,'' kata Duta Besar Aberbeijan untuk Indoesia H.E Tamerlan Garayev, di Jakarta, Jumat sore (19/1).

Garayev mengatakan akibat peristiwa itu seluruh warga Azerbeijan menjadi paham artinya merdeka dan tahu apa artinya hidup di bawah ekspansi negara lain, yakni Sovyet. Menurut laporan investigasi resmi dari Kantor Jaksa Agung Azerbeijan, invasi tersebut menewaskan lebih dari 350 orang, melukai lebih dari 700 orang, dan menyebabkan penangkapan ilegal terhadap 841 orang. Ratusan bangunan hancur. Peristiwa ini menyebabkan negara dan warganya menderita di tengah kerusakan material yang besar.

photo
Dubes Azerbaijan, HE Tamerlan Garamayev.

"Sovyet berusaha membenarkan invasi denga mengutip perlunya mengevakuasi orang-orang Armenia dan Baku. Itu adalah kebohongan yang sinis. Setelah pemberhentian otoritas sipil, Kantor Komando Militer Soviet bersama para jaksa militer Uni Sovyet tidak menyelidiki apa yang disebut pembantaian. Ini karena tidak adanya fakta dasar. Dalih itu hanya digubakan untuk membenarkan invasi Baku. Sedangkan tujuan sebenarnya dari orang-orang Armenia adalah mengajukan klaim melawan Azerbaijan,'' kata Garayef lagi.

Namun di lain waktu, yakni pada 27 April 1995, terjadi koreksi oleh mantan Presiden Uni Sovyet, Mikhail Gorbachev. Pada saat itu, yakni ketika berada di Istanbul, Turki,  Gorbachev mengatakan:" Pengumuman keadaan darurat di Baku dan penempatan tentara di kota merupakan kesalahan terbesar dalam masa jabatan saya."

"Jadi paling tidak, setelah dua tahun dari peristiwa 'Black 20 January' Azerbeijan bisa merdeka dari Sovyet. Dan sampai sekarang seluruh warga Azerbeijan mengingat peristiwa tragedi itu,'' kata Garayev menandaskan.

Seperti dekatahui, Azerbaijan (bahasa Azeri: Azərbaycan Respublikası) adalah sebuah negara Republik di pegunungan Kaukasus di persimpangan Eropa dan Asia Barat Daya. Ia berbatasan dengan Rusia di sebelah utara, Georgia dan Armenia di barat, dan Iran di selatan.

Azerbaijan adalah negara anggota dari Dewan Eropa sejak 2001. Mayoritas populasi adalah Muslim dan keturunan Turki barat, dikenal sebagai Azerbaijani, atau singkatnya Azeri. " Penduduk kami adalah 10 juta jiwa. 95 persen warga Azerbaijan adalah Muslim,'' kata Garayef.

Sejarah Singat Azerbaijan

Di masa dahulu, mengutup wikipedia, kerajaan pertama yang muncul di Republik Azerbaijan masa kini ialah Mannae pada abad ke-9 M, berlangsung hingga 616 SM saat menjadi bagian Kekaisaran Media, yang kemudian menjadi bagian Kekaisaran Persia pada 549 M. Satrapi Atropatene dan Albania Kaukasia didirikan pada abad ke-4 SM dan termasuk kurang lebih wilayah negara kebangsaan Azerbaijan dan bagian selatan Dagestan masa kini.

photo
Peninggalan sejarah Islam di Baku. (Foto:wikipedia.com)

Islam tersebar cepat di Azerbaijan menyusul futuhat pada abad ke-7–8. Setelah kekuasaan Kekhalifahan Arab menyusut, beberapa negara semi merdeka telah terbentuk, kesultanan Shirvanshah menjadi salah satu darinya. Pada abad ke-11, Turki Seljuk yang menaklukkan menjadi kekuatan dominan di Azerbaijan dan meletakkan dasar etnis Azerbaijani masa kini. Pada abad ke-13-14, negeri ini diserang bangsa Mongol-Tatar.

Azerbaijan adalah bagian Kesultanan Persia Safavid selama abad ke-15 sampai 18. Juga mengalami masa singkat perpecahan bangsawan pada pertengahan abad ke-18 hingga awal abad ke-19, dan terdiri atas kekhanan-kekhanan yang merdeka. Menyusul Perang Persia-Rusia antara Kesultanan Persia Qajar, seperti Ganja, Guba, Baku dan kekhanan-kekhanan merdeka lainnya, dan Kekaisaran Rusia.

Azerbaijan direbut Rusia melalui Perjanjian Gulistan pada 1813, dan Perjanjian Turkmenchay pada 1828, dan beberapa perjanjian yang lebih awal antara Tsar Rusia dan para khan berakhir pada dasawarsa pertama abad ke-19. Pada 1873, minyak ("emas hitam") ditemukan di kota Baku, ibu kota Azerbaijan nantinya. Dari awal abad ke-20 hampir separuh cadangan minyak dunia disuling di Baku.

Setelah jatuhnya Kekaisaran Rusia selama PD I, Azerbaijan bersama Armenia dan Georgia menjadi bagian Republik Federasi Demokrasi Transkaukasia yang berumur pendek. Saat republik itu bubar pada Mei 1918, Azerbaijan menyatakan kemerdekaan sebagai Republik Demokrasi Azerbaijan. RDA ialah negara republik berpenduduk mayoritas Muslim pertama di dunia dan hanya berlangsung 2 tahun, dari 1918 hingga 1920, sebelum Tentara Merah menyerang Azerbaijan. Pada Maret 1922, Azerbaijan, bersama dengan Armenia dan Georgia, menjadi bagian RSFS Transkaukasia dalam Uni Soviet yang baru terbentuk. Pada 1936, RSFST bubar dan Azerbaijan menjadi republik bagian RSUS sebagai RSS Azerbaijan.

Selama PD II, Jerman Nazi menyerang Uni Soviet. Tujuan utama serangan Operasi Edelweiss Adolf Hitler ialah mencaplok ibu kota kaya minyak Azerbaijan, Baku. Karena alasan perang, pekerja minyak Soviet diwajibkan bekerja tanpa henti dan warganegaranya menggali parit dan rintangan antitank untuk menghalau kemungkinan serangan musuh. Namun, Operasi Edelweiss gagal. Pasukan Jerman pertama kali gagal di pegunungan Kaukasus, mereka kalah telak dalam Pertempuran Stalingrad.

Pada 1990, orang Azeri berkumpul untuk memprotes kekuasaan Soviet dan menuntut kemerdekaan. Secara brutal demonstrasi itu ditindas oleh campur tangan Soviet dalam peristiwa yang kini disebut orang Azeri sebagai'Januari Hitam'. Namun pada 1991, Azerbaijan memproklamasikan kemerdekaannya saat jatuhnya Uni Soviet.

Sayangnya, tahun-tahun awal kemerdekaannya teralihkan dengan perang terhadap Armenia dan gerakan separatis Armenia atas kawasan Nagorno-Karabakh. Meski ada gencatan senjata di tempat sejak 1994, Azerbaijan belum memecahkan konflik dengan Armenia atas wilayah yang dominannya orang Armenia. Sejak akhir perang, Azerbaijan kehilangan kendali 14 - 16 persen wilayahnya, termasuk Nagorno-Karabakh sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement