Kamis 05 Oct 2017 16:44 WIB

Islamofobia, Jadi Tantangan Muslim Austria

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Agung Sasongko
Islamofobia
Foto: youtube
Islamofobia

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Di Austria, komentar yang mengancam dan menyinggung umat Islam telah menjadi lebih umum. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kampanye anti-Muslim yang diselenggarakan oleh ekstremis sayap kanan dan neo-Nazi meningkat.

Para ahli melihat pemilihan nasional 1999 sebagai titik balik ketika FP sayap kanan memulai kampanye "orang asing" ("Auslnderwahlkampf"). Partai tersebut menginstruksikan ketakutan populer Islam yang rumit dan mempromosikan slogan-slogan seperti "Stop Foreign Infiltration" ("Stop der berfremdung"). Kritikus menuduh FP mengenalkan Islamofobia ke dalam wacana politik yang diterima dan menakut-nakuti orang asing di Austria.

Kampanye tersebut menimbulkan perdebatan besar, mulai dari isu anti-Semitisme hingga rasisme, namun tidak mempertimbangkan secara eksplisit Islamofobia. Sejak tahun 1999 beberapa kampanye telah diselenggarakan melalui media massa dan forum intelektual dan budaya, untuk mengubah citra Islam dan juga ada serangan terhadap figur dan institusi Islam.

Kampanye pemilihan terakhir untuk Majelis Nasional kembali memimpin dengan mengorbankan citra Muslim Austria. "Rumah Bukan Islam" (Daham statt Islam) dan slogan-slogan Anti-Muslim lainnya mendominasi kampanye FP.

Pada bulan April 2000, umat Muslim Wina, bekerja sama dengan berbagai partai politik dan pihak berwenang, mengadakan sebuah kampanye untuk melawan serangan bermusuhan yang diluncurkan oleh FP terhadap mereka.

Secara umum, ketika orang-orang Muslim Austria secara bertahap meningkatkan peran mereka dalam kehidupan politik, mereka menjadi lebih penting bagi para pemimpin partai politik besar, yang berusaha keras untuk mendapatkan dukungan politik dan suara mereka.

Orang-orang Muslim menghadapi berbagai macam diskriminasi konkret dalam kehidupan sehari-hari juga. Dengan demikian, wanita dengan jilbab mengalami kesulitan mencari pekerjaan, dan penerimaan sosial terhadap jilbab telah menurun dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terjadi sampai pada tingkat dimana kantor ketenagakerjaan terkadang menganggap jilbab sebagai cacat dalam pencarian pekerjaan.

Terkait kampanye FP, Komisi Eropa melawan Rasisme dan Intoleransi telah mengkritik nada politik Austria karena sentimen anti-imigran telah menjadi lebih kuat dalam beberapa tahun terakhir. Laporan Uni Eropa tentang perubahan sikap Austria terhadap orang asing setelah peristiwa 11 September 2001, menarik kesimpulan positif. Secara keseluruhan, laporan tersebut mengatakan, sangat sedikit serangan kekerasan terhadap orang asing terjadi dalam beberapa tahun terakhir dan ada sikap positif untuk berdialog.

Akhirnya, instruksi kesempatan yang sama dari Uni Eropa yang harus diadopsi pada 19 Juli 2003 menjadi dasar hukum anti-diskriminasi (Anti Diskriminierungsgesetz) yang tentunya akan mempengaruhi perilaku anti-Muslim di pasar tenaga kerja. Ke depan, pengusaha harus membuktikan bahwa mereka tidak meniadakan Muslim, sedangkan saat ini karyawan yang harus membuktikan bahwa dia didiskriminasi oleh atasannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement