Senin 09 Oct 2017 10:09 WIB

Revolusi Pertanian Zaman Keemasan Islam

Seorang petani membajak sawah.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Seorang petani membajak sawah.

REPUBLIKA.CO.ID, Revolusi pertanian pada zaman keemasan Islam tidak hanya berhasil membangun sistem irigasi yang canggih. Namun, juga mengembangakan peralatan-peralatan pertanian, seperti bajak dan garu. Seorang sejarawan bernama Al-Maqrizi menyebutkan di Mesir, sebelum para petani menanam tebu, mereka terlebih dahulu membajak sawah sebanyak enam kali. Bahkan, ada yang sampai sepuluh kali.

Rancangan bajak di Mesir dan kawasan Laut Tengah disesuaikan dengan sifat tanah, iklim, dan kelembaban setempat. Mata bajak dibuat tidak terlalu panjang sehingga tidak terlalu dalam saat memotong alur. Al-Hassan dan Hill mengatakan, rancangan bajak pada era Islam itu masih digunakan hingga sekarang di kawasan Timur Dekat dan Laut Tengah.

Peralatan lainnya adalah garu, yaitu alat yang bentuknya seperti sisir. Alat ini biasanya ditarik oleh binatang (sapi atau kerbau) setelah pembajakan. Alat ini berfungsi untuk memecahkan bongkahan tanah, meratakan tanah, dan menutupi benih.

Masyarakat Arab mengenal beberapa jenis garu, seperti al-mijar, al-mislafah, dan al-maliq. Al-mijar dan al-mislafah adalah balok dengan gigi-gigi untuk menggaru tanah. Al-mijar mempunyai dua lubang di ujung-ujungnya dan dua pasang tali pengikat. Sementara itu, pada balok, terdapat dua lubang untuk memasang roda kayu. Di bagian tengah al-mijar, terdapat kayu panjang untuk pegangan. Rancangan ini dipasang pada dua ekor sapi atau kerbau.

Sedangkan, garu jenis al-maliq adalah papan kayu lebar yang ditarik oleh sapi atau kerbau. Alat ini diberi beban untuk mendatarkan alur yang dibuat oleh mata bajak dan untuk menanami benih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement