Kamis 19 Oct 2017 12:42 WIB

Habib Umar Al-Hafizh Bekali Dosen PAI tentang Moderasi Islam

Para dosen FTK UIN Ar-Raniry berfoto bersama (Ilustrasi)
Foto: Dok UIN Ar-Raniry
Para dosen FTK UIN Ar-Raniry berfoto bersama (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SERPONG -- Kementerian Agama memberikan penguatan wawasan keagamaan bagi para dosen pendidikan agama Islam (PAI) di perguruan tinggi umum. Salah satu narasumber yang dihadirkan adalah Habib Umar Al-Hafizh, pimpinan Majelis Dar al-Musthafa, Yaman.

Ulama kelahiran Tarim, Yaman tahun 1963 ini menjelaskan, tentang peran sentral dan tanggung jawab mulia para dosen PAI dalam melakukan internalisasi nilai-nilai Islam dalam akal, kalbu, dan jiwa mahasiswa . Menurutnya, melalui proses internalisasi yang baik, para mahasiswa diharapkan dapat mengartikulasikan ajaran Islam dengan baik, yakni ajaran Islam yang mengedepankan keterbukaan, persaudaraan, dan kemaslahatan. Bukan ajaran Islam yang radikal.

Habib Umar mengatakan, radikalisme terjadi akibat pemahaman yang tidak tepat terhadap ayat-ayat Alquran yang bernada tegas, keras, dan permusuhan kepada nonmuslim. Pemahaman secara parsial terhadap ayat-ayat tersebut, antara lain disebabkan tidak melihat kesaling hubungan antar ayat (munasabat al-ayat), antar ayat dan sunnah, dan antar ayat dengan bagaimana Rasulullah SAW menerapkannya.

Di hadapan peserta, ulama yang bernama lengkap Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh ini menjelaskan tentang bagaimana menyikapi perbedaan, termasuk dengan nonmuslim. Dengan orang kafir sekalipun, Alquran mengajarkan untuk mengedepankan kesabaran, kelembutan, dan penjelasan yang baik.

Menurutnya, sikap keras terhadap kaum kafir bukan ditujukan untuk pribadi mereka, melainkan ditujukan pada sikap mereka. Ini menjadi isyarat bahwa secara prinsip, Islam itu mengedepankan semangat persaudaraan dan membangun harmoni. Ayat-ayat yang bernuansa konflik harus dipahami dalam bingkai kesadaran untuk menghilangkan kezhaliman dan kejahatan atas kemanusiaan.

Di akhir uraiannya, Habib Umar menjelaskan bahwa negara Islam tidak akan terwujud dengan revolusi, pemberontakan, atau aksi-aksi kekerasan. Namun, negara Islam hanya mungkin hadir ketika dalam diri masing-masing individu Muslim memiliki kesadaran untuk tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Islam tidak dimunculkan dalam tataran simbol atau slogan, tetapi Islam harus menjadi elan vital untuk mencapai kemaslahatan bagi umat manusia.

Kegiatan “Peningkatan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAI pada PTU” ini diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam di Serpong. Kegiatan ini berlangsung dari 17-19 Okober 2017.

 

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement