Senin 18 Jan 2016 06:20 WIB

Mengenang Kiai Saleh Darat, Penerjemah Alquran Berbahasa Jawa

 Santri membuka lembaran Alquran terbesar di Masjid Thoha Pondok Pesantren Al-Ashriyah Nurul Iman, Parung, Bogor, Jawa Barat, Selasa (16/7).   (Republika/ Yasin Habibi)
Santri membuka lembaran Alquran terbesar di Masjid Thoha Pondok Pesantren Al-Ashriyah Nurul Iman, Parung, Bogor, Jawa Barat, Selasa (16/7). (Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, Saleh Darat lahir di Kedung Cemlung, Jepara, tahun 1820. Ayahnya, KH Umar, adalah seorang ulama yang pernah bergabung dengan Pangeran Diponegoro dalam perlawananannya melawan penjajah Belanda.

Sebagaimana umumnya anak kiai, ia melewati masa kecilnya dengan belajar agama. Mula-mula ia belajar pada KH Syahid, ulama besar di Waturoyo, Pati, Jawa Tengah. Setelah itu, ia dibawa ayahnya ke Semarang untuk belajar pada beberapa orang kiai, antara lain KH Muhammad Saleh Asnawi Kudus, KH Ishaq Damaran, KH Abu Abdillah Muhammad Hadi Banguni (mufti Semarang), KH Ahmad Bafaqih Ba'lawi, dan KH Abdul Gani Bima.

Setelah menamatkan pendidikan di Semarang, Saleh diajak ayahnya ke Singapura, Beberapa tahun kemudian ia bersama ayahnya menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Sang ayah wafat di Makkah. Di kota itu ia tinggal selama beberapa tahun untuk menimba ilmu. Di sna pula, ia dianggap mumpuni untuk mengajar ilmu agama. Salah satu muridnya dari Indonesia adalah KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama.

Ketika pulang ke Semarang, ia membuka pesantren di daerah Darat, yang letaknya di pesisir pantai Semarang. Banyak muridnya yang di kemudian hari menjadi ulama terkenal, antara lain KH Hasyim Asy'ari; KH Mahfuz, pendiri Pondok Pesantren Termas, Pacitan; KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah; KH Idris, pendiri Ponpes Jamsaren, Solo; KH Sya'ban, ulama ahli falak. RA Kartini adalah juga seorang muridnya.

Saleh Darat selalu menekankan kepada para muridnya untuk giat menuntut ilmu. Inti sati Alquran, kata dia, adalah dorongan kepada umat manusia agar mempergunakan akalnya untuk memenuhi tuntutan hidupnya di dunia dan akhirat (Bersambung).

 

 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement