Jumat 06 Nov 2015 19:35 WIB

Mengapa Bukan Billah Al-Rahman Al-Rahim

Bismillah
Foto: IST
Bismillah

Oleh: Nasarudin Umar, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertanyaan mendasar yang sulit dijawab ialah mengapa Allah SWT menyandarkan kepada nama (ism)-Nya (Bism Allah al-Rahman al-Rahim)? Mengapa tidak langsung dikatakan Billah al-Rahman al-Rahim? Mengapa harus melalui perantaraan al-Ism?

Apa sesungguhnya al-Ism itu? Pertanyaan ini sulit dipahami tanpa memahami latar belakang pemahaman sufistik dan filsuf.

Dalam artikel terdahulu sudah pernah dijelaskan apa itu Lima Eksistensi Utama (al-hadharat al- khamsah), yaitu al-Ahadiyya, al- Wahidiyyah, al-'Alam al-Jabarut, al-'Alam al-Malakut, dan al-'Alam al-Mulk atau al-'Alam al-Syahadah.

Keberadaan Mutlak (al-Wajib al- Wujub) yang biasa disebut dengan istilah Gaib al-Guyub, Sirr al-Asrar (The Secred of The Secred). Dari sinilah mengalir keberadaan (khadharat) sesudahnya se- ca ra teologis dan terukur (bi miqdar).

Pertama kali Allah (al- Haq) memanifestasikan diri-Nya ke dalam bentuk al-Wahidiyah yang kemudian disebut Entitas-Entitas Permanen (al-A'yan al-Tsabitah). Disebut demikian karena di situ al- Haq memperkenalkan dirinya melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya.

Sebagai konsekuensi pemanifes- tasi an diri ke dalam khadharat al- Wahidiyyah, mengalirlah kha dha- rat berikutnya, mulai dari alam al-'Alam al-Jabarut, al-'Alam al-Ma lakut, sampai kepada al-'Alam al-Mulk atau al-'Alam al- Syahadah. Tiga khadharat terakhir disebut "entitas luar" (al-a'yan al- kharijiyyah) dan di situlah batasnya alam atau makhluk. Sedangkan, khadharat pertama dan kedua bukan makhluk, melainkan masih tetap Dia. Di sinilah tampak ada kemiripan, tetapi sesungguhnya amat berbeda secara substansi, dengan fi lsafat peripatetik yang merumuskan akal pertama sampai akal kesepuluh.

Entitas nama-nama (ta'ayyun al-asma') berada di dalam ta'ayyun atau al-khadharat kedua, tetapi masih tetap Dia dalam konsep al- Wahidiyyah. Allah SWT memiliki 99 nama (menurut versi Suni) yang kemudian populer disebut al-Asma' al-Husna. Nama-nama (al-asma') adalah manifestasi (tajalli) pertama al-Haq, sebelum tercipta alam.

Alam itu sendiri biasa disebut dengan segala sesuatu selain Allah (kullu ma siwa Allah). Setiap nama itu menuntut manifestasi sekaligus aktualisasi. Tuhan bisa disebut Rabb kalau ada penyembah (marbub), disebut Ilah kalau ada ma\'luh, disebut al-Rahman, al-Rahim, al- Wahhab dan seterusnya kalau ada objek yang diberi kasih sayang. Ada yang mengalir (al-faidh) dan ada objek yang dialiri (al-mustafadh).

Manusia berada di dalam ta'ayyun atau khadharat terakhir jika ingin kembali (taraqqi) menuju kepada diri-Nya tentu harus mela- lui rute awal penciptaannya. Perja- lanan manusia mengikuti proses kehadiran Lima Eksistensi (al- Hadharat al-Khamsah), yakni dari /Ahadiyyah, Wahidiyyah, Alam Jaba rut, Alam Malakut, dan Alam Syahadah.

Peta jalan (road map) yang per nah dilalui manusia dalam proses perjalanan hidupnya (qaus al-nuzul), menurut Ibnu `Arabi, melalui empat tahap. Pertama, dari alam atas ke alam bawah (min al-'alam al-'ulya ila al-'alam al-sufl a). Kedua, dari wujud batin ke wujud dhahir (min al-bathin ila al-dhahir).

Ketiga, dari wujud kolektif ke wujud terperinci (min al- ijmal ila al-tafshil). Keempat, dari wujud kesatuan (qur'an) ke wujud keterpisahan (furqan). Untuk kembali kepada Tuhan (qaus al-shu'ud), menurut Abd Razaq al-Qasyani, salah seorang pensyarah kitab Fushush al-Hikam, Ibn `Arabi, para pencari Tuhan (salikin) harus melalui empat tahap (al-asfar al-arba\'ah). Pertama, dari makhluk menuju Tuhan (min al- khalq ila al-Haq).

Kedua, dari Tuhan menuju Tuhan dengan Tuhan (min al-Haq ila al-Haq bi al-Haq). Ketiga, dari Tuhan menuju makhluk dengan Tuhan (min al-Haq ila al-khalq bi al-Haq). Keempat, dari makhluk kepada makhluk dengan Tuhan (min al-khalq ila al-khalq bi al-Haq). Dari pemadatan uraian di atas, dapat dipahami mengapa ditulis:

Bism Allah al-Rahman al-Rahim, bukannya Billah al-Rahman al- Rahim. Illustrasi ketika Nabi melakukan perjalanan spiritual menuju Tuhan (mi'raj) dalam riwayat juga disebutkan melalui beberapa lapis langit, baru bisa menembus Sidrah al-Muntaha, puncak dari segala puncarian seorang hamba. Allahu a'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement