Selasa 07 Jul 2015 13:10 WIB

Bripka Rizka Munawwaroh, Polwan Hafidzah dari Palembang (1)

Rep: Maspril Aries/ Red: Agung Sasongko
 Sejak kecil Bripda Rizka Munawwaroh sudah hafal Alquran. Kini sudah hafal hampir 20 juzz Alquran. Pada 2016 menargetkan bisa hafal Alquran 30 juzz.
Foto: Republika/Maspriel Aries
Sejak kecil Bripda Rizka Munawwaroh sudah hafal Alquran. Kini sudah hafal hampir 20 juzz Alquran. Pada 2016 menargetkan bisa hafal Alquran 30 juzz.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Sejak kecil tidak pernah terlintas di benaknya Rizka Munawwaroh akan menjadi seorang polisi wanita (Polwan). Menjadi polwan merupakan dorongan dari teman-teman dan gurunya di Pondok Pesantren Pondok Al Ittifaqiyah yang berada di Kabupaten Ogan Ilir (OI).

Rizka Munawwaroh yang kini bintara Polri di Kepolisian Daerah Sumatera Selatan (Sumsel) dengan pangkat Bripda menceritakan awalnya mengikuti tes penerimaan bintara Polri. “Waktu itu ada sosialisasi penerimaan anggota polwan dari Polda Sumsel ke pondok pesantren. Saat ditanya, siapa yang mau jadi Polwan?  Teman-teman dan para guru menunjuk saya,” katanya.

Padahal saat itu menurut putri bungsu dari pasangan Abdillah Gofar dan Maimunah, ia berkeinginan mendalami ilmu agama dengan mengikuti pendidikan di Mesir. Keinginan itu belum bisa terwujud. Riska yang mendaftar di Polda Sumsel dinyatakan lulus untuk mengikuti pendidikan di sekolah polisi wanita Polri yang berada di Ciputat.

Pada Juli 2014 Rizka mulai menjalani pendidikan selama tujuh bulan. Selesai pendidikan di sekolah Polwan ia dikembalikan ke Polda Sumsel pada Februari 2015 dan mulai bertugas sebagai penegak hukum di Polresta Palembang.

“Kemudian saya ditugaskan di Polsek Sukarami dan sekarang di-BKO kan ke Polda Sumsel bertugas di Biro SDM,” ujar Polwan kelahiran Palembang, 15 Agustus 1996.

Bagi Rizka masuk menjadi anggota Polwan sempat tidak berjalan mulus. Orang tuanya sempat tidak setuju dengan keinginan untuk mengikuti tes menjadi anggota Polri.  “Ibu saya sempat tidak setuju. Dia khawatir hafalan Alquran saya hilang kalau jadi polisi. Juga khawatir saya harus melepas jilbab saat menjadi polisi,” katanya.

Sang ayah Abdillah Goffar berusaha meyakinkan ibunya akan pilihan anaknya menjadi seorang Polwan. Saat menjalani pendidikan di sekolah polwan Ciputat menurut Rizka dirinya sempat berada dalam situasi dilematis, harus melepaskan jilbabnya.

Menurutnya, waktu penerimaan memang ada kebijakan dari Kapolri waktu itu Jendral Polisi Sutarman yang membolehkan polwan mengenakan jilbab.  Tak lama kemudian, kebijakan itu ditarik. Saat itu Rizka nyaris memilih mundur dan kembali ke Palembang.

Rizka kemudian memilih melanjutkan pendidikannya dan bersedia melepaskan jilbabnya dengan pertimbangan  di sekolah polwan tersebut tidak ada siswa laki-laki. “Waktu itu saya malu dengan Allah SWT,” kata anggota polwan yang pada 2016 berencana melanjutkan pendidikannya ke Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah dengan memilih jurusan tafsir Alquran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement