Kamis 02 Jul 2015 16:01 WIB

Wajah Baru Wisata Religi Sunan Giri (Habis)

Masjid Sunan Giri
Foto: Dokumentasi Republika
Masjid Sunan Giri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sunan Giri menggunakan kesenian dan unsur budaya dalam penyebaran Islam. Keteguhannya dalam menyiarkan agama Islam secara murni sesuai ajaran Rasulullah melalui pendekatan seni budaya, membawa dampak positif bagi generasi Islam berikutnya.

Dari Sunan Giri, belajar bagaimana menyebarkan Islam secara unik. Ia tak datang dengan kalimat-kalimat galak mengharamkan sesuatu, melainkan dengan kelembutan. Ia menggunakan seni budaya lokal untuk meraih simpati seluas-luasnya dari masyarakat Jawa. Dan, syiar itu terbukti efektif.

Sunan Giri juga membuat nyanyian untuk anak-anak yang bersifat pedagogi serta berjiwa agama. Di antaranya adalah berupa tembang dolanan bocah (lagu permainan anak-anak).

Seperti tembang "Padang Bulan." Adapun maksud dari tembang itu adalah agama Islam (bulan) telah datang memberi penerangan hidup, maka marilah segera orang menuntut penghidupan (dolanan, bermain) di bumi ini (latar, halaman) akan mengambil manfaat ilmu agama Islam (padang, gilar-gilar, terang benderang) itu, agar sesat kebodohan diri (begog, gelap) segera terusir.

Makna syiar agama Islam juga tersirat dari permainan serta tembang lain hasil kreasi Sunan Giri, seperti "Cublak-cublak Suweng," "Gending Asmaradana," "Turi-turi Putih" dan "Pucung".

Kini, tidak hanya menciptakan produk beragam seni dan budaya yang menjadi peninggalannya. Keberadaan makam Sunan Giri yang berlokasi sekitar 22 Km barat daya Kota Surabaya itu, tidak hanya menjadi tempat yang religius dan disakralkan, melainkan juga menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat sekitar makam, khususnya yang berada di Kecamatan Kebomas.

Menurut Ketua Yayasan Sunan Giri Umar Faisal, sejak ada pembangunan makam Sunan Giri kehidupan perekonomian masyarakat sekitar mulai berubah, dan telah banyak membawa manfaat bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lingkungan wisata makam Sunan Giri.

Salah satunya dengan membuka usaha seperti berdagang, menjadi tukang parkir, tukang ojek dan penarik dokar atau delman bagi peziarah atau wisatawan. "Masyarakat yang awalnya menganggur, kini telah membuka usaha berdagang atau yang lainnya. Dalam berdagang setiap hari mereka bisa mendapatkan keuntungan sekitar seratus ribu," ucapnya.

Apalagi, jika musim tertentu seperti liburan, awal puasa Ramadhan atau akhir Ramadhan yang biasa disebut "malam selawean" (tanggal di atas 25 Ramadhan), sejumlah pedagang bisa mendapatkan keuntungan yang lebih. "Bayangkan saja, seorang tukang parkir pernah menghasilkan pemasukan sebesar Rp25 juta dalam sehari bila datang momen malam selawean," ungkapnya.

Umar menyebutkan, perputaran ekonomi di sekitar lokasi makam sangat tinggi, dan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Gresik lokasi makam Sunan Giri mengalami kemajuan signifikan terhadap perkembangan perekonomian warga sekitar.

Tercatat, populasi penduduknya yang tercatat 97.639 jiwa lebih, sedikitnya 185 adalah pedagang yang terdiri dari pedagang kecil sebanyak 114, pedagang menengah sebanyak 48 dan pedagang besar sebanyak 23.

Sementara itu, untuk menuju lokasi wisata makam Sunan Giri kini juga cukup mudah dijangkau dari Terminal Tambak Oso Wilangun, Surabaya serta Terminal Bunder Kabupaten Gresik, yakni menggunakan angkutan umum yang langsung menuju lokasi makam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement